JALAN RAVA POS
GROOTE POSTWEG, DER
JALAN RAYA POS
GREAT POST ROAD, THE
Sutradara:BERNIE IJDIS
RIVIERA HOTEL | 1998 | BERNIE IJDIS | Documentary | Director |
DREAMSCAPE: GAMBLING IN AMERICA, A | 1994 | BERNIE IJDIS | Documentary | Director |
JALAN RAVA POS | 1995 | BERNIE IJDIS | Documentary | Director |
BRIEVEN | 1988 | BERNIE IJDIS | Documentary | Director. |
CINEMATOGRAPHER : STEF TIJDINK
DAGBOEK VAN CHARLOTTE, HET | 1988 | PUCK GOOSSEN | Documentary | Director Of Photography |
SCHOORSTEENVEGER, DE | 1987 | RON TERMAAT | Director Of Photography | |
FORBIDDEN QUEST | 1992 | PETER DELPEUT | Director Of Photography | |
VERSTEKELING, DE | 1998 | BEN van LIESHOUT | Director Of Photography | |
RIVIERA HOTEL | 1998 | BERNIE IJDIS | Documentary | Director Of Photography |
ST. PETERSBURG, PLACES AND PAINTINGS | 2004 | BEN van LIESHOUT | Documentary | Director Of Photography |
TOT ZIENS | 1995 | HEDDY HONIGMANN | Director Of Photography | |
ALIAS KURBAN SAID | 2004 | JOS de PUTTER | Documentary | Director Of Photography |
JALAN RAVA POS | 1995 | BERNIE IJDIS | Documentary | Director Of Photography |
METAAL EN MELANCHOLIE | 1994 | HEDDY HONIGMANN | Documentary | Director Of Photography |
HET IS EEN SCHONE DAG GEWEEST | 1993 | JOS de PUTTER | Documentary | Director Of Photography. |
Jalan Raya Pos
adalah jalan yang panjangnya kurang lebih 1000 km yang terbentang sepanjang utara Pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan. Dibangun pada masa pemerintahan Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels. Ketika baru saja menginjakkan kakinya di Pulau Jawa, Daendels berangan untuk membangun jalur transportasi sepanjang pulau Jawa guna mempertahankan Jawa dari serangan Britania. Angan-angan Daendels untuk membangun jalan yang membentang antara Pantai Anyer hingga Panarukan, direalisasikannya dengan mewajibkan setiap penguasa pribumi lokal untuk memobilisasi rakyat, dengan target pembuatan jalan sekian kilometer. Yang gagal, termasuk para pekerjanya, dibunuh. Kepala mereka digantung di pucuk-pucuk pepohonan di kiri-kanan ruas jalan. Gubernur Jenderal Daendels memang menakutkan. Ia kejam, tak kenal ampun. Dengan tangan besinya jalan itu diselesaikan hanya dalam waktu setahun saja (1808). Suatu prestasi yang luar biasa pada zamannya. Karena itulah nama Daendels dan Jalan Raya Pos dikenal dan mendunia hingga kini.
KOTA yang dilalui Jalan Raya POS • Anyer • Cilegon • Banten • Serang • Balaraja • Tangerang • Daan Mogot • Grogol • Sunda Kelapa / Batavia / Jakarta • Glodok • Mangga Dua • Ancol • Gunung Sahari • Kemayoran • Pasar Baru • Tanah Abang • Weltevreden / Monas / Gambir • Pasar Senen • Kramat • Salemba • Matraman • Manggarai • Meester Cornelis / Jatinegara • Tebet • Kramat Jati • Pancoran • Pasar Minggu • Kebayoran • Depok • Lebak Bulus • Ciputat • Cibubur • Parung • Cileungsi • Jonggol • Cibinong • Pakuan Pajajaran / Buitenzorg / Bogor • Batu Tulis • Ciawi • Cisarua • Mega Mendung • Puncak • Cipanas • Sukabumi • Cianjur • Padalarang • Cimahi • Parahyangan / Parijs van Djava / Bandung • Cileunyi • Sumedang • Kadipaten • Palimanan • Cirebon • Kanci • Losari • Pejagan • Brebes • Tegal • Pemalang • Comal • Pekalongan • Batang • Weleri • Kendal • Semarang • Demak • Kudus • Pati • Juwana • Rembang • Lasem • Tuban • Sidayu • Gresik • Surabaya • Wonokromo • Waru • Sidoarjo • Porong • Gempol • Bangil • Pasuruan • Probolinggo • Kraksaan • Paiton • Besuki • Pasir Putih • Panarukan • Situbondo
Pada 1996, Pieter van Huystee Film & TV Belanda memproduksi film De Groote Postweg (Jalan Raya Pos). Film ini diputar di beberapa gedung bioskop di Belanda, Italia dan Perancis. Pramoedya Ananta Toer mengisi narasi untuk film ini.
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels adalah buku karya Pramoedya Ananta Toer yang terbit pada Oktober 2005. Buku ini mengisi kekosongan literatur tentang Jalan Raya Pos dalam khazanah buku-buku berlatar belakang sejarah dewasa ini. Walau Jalan Raya Pos dikenal dan selalu diajarkan di bangku-bangku sekolah namun tak ada buku yang secara khusus mengungkap sejarah pembuatan dan sisi-sisi kelam di balik pembuatan Jalan Raya Pos. Walau bukan buku sejarah resmi, buku yang ditulis Pram di masa tuanya ini (1995) dapat dijadikan buku yang mengungkap dan memberi kesaksian tentang peristiwa kemanusiaan yang mengerikan di balik pembangunan Jalan Raya Pos. "Jalan Raya Pos, Jalan Daendels" diselesaikan oleh Pramoedya pada tahun 1995. Tak ada penjelasan dari penerbit Lentera Dipantara mengapa buku ini baru diterbitkan 10 tahun kemudian, padahal beberapa tahun setelah karya ini diselesaikan era reformasi memungkinkan diterbitkannya karya-karya Pram secara bebas. Betapapun juga, buku ini merupakan kesaksian tentang peristiwa genosida kemanusiaan mengerikan di balik pembangunan jalan sepanjang 1000 km yang dibangun dengan cucuran darah dan air mata manusia-manusia pribumi yang dipaksa untuk membangunnya.
Buku ini ditulis dengan mengalir, tanpa pembagian bab. Pada halaman-halaman awal Pram menguraikan awal ketertarikannya pada Jalan Raya Pos yang memakan banyak korban jiwa para pekerja paksa yang ia golongkan sebagai genosida. Ia juga menyinggung beberapa genosida yang awalnya dilakukan oleh Jan Pietersz Coen (1621) di Bandaneira, Daendels dengan Jalan Raya Posnya (1808), Cuulturstelsel alias tanam paksa, genosida pada zaman Jepang di Kalimantan, genosida oleh Westerling (1947) hingga genosida terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia di awal-awal pemerintahan Orde Baru.
Setelah mengurai sejarah tercetusnya ide pembuatan Jalan Raya Pos di benak Daendels, di halaman-halaman selanjutnya Pram membagi bukunya ini berdasarkan kota-kota yang dilewati dan berada di sepanjang Jalan Raya Pos. Pram mencatat dan mengurai 39 kota yang berada dalam jalur Jalan Raya Pos, baik kota-kota besar seperti Batavia, Bandung, Semarang, Surabaya, maupun kota-kota kecil yang namanya jarang terdengar oleh masyarakat umum seperti Juwana, Porong, Bangil dan lain-lain.
Secara rinci Pram mengungkap sejarah terbentuknya kota-kota tersebut, dampak sosial saat dibangunnya Jalan Raya Pos, hingga keadaan kota-kota tersebut pada masa kini. Masa-masa kelam ketika Jalan Raya Pos dikerjakan terungkap di buku ini.
Sampai di kota Sumedang pembangunan jalan harus melalui daerah yang sangat berat ditembus, di daerah Ciherang Sumedang, yang kini dikenal dengan nama Cadas Pangeran. Di sini para pekerja paksa harus memetak pegunungan dengan peralatan sederhana, seperti kampak, dan lain-lain. Dengan medan yang demikian beratnya untuk pertama kalinya ada angka jumlah korban yang jatuh mencapai 5000 orang.
Ketika pembangunan jalan sampai di daerah Semarang, Daendels mencoba menghubungkan Semarang dengan Demak. Kembali medan yang sulit menghadang. Bukan hanya karena tanahnya tertutup oleh rawa-rawa pantai, juga karena sebagian daripadanya adalah laut pedalaman atau teluk-teluk dangkal. Untuk itu kerja pengerukan rawa menjadi hal utama. Walau angka-angka korban di daerah ini tidak pernah dilaporkan, mudah diduga betapa banyak para pekerja paksa yang kelelahan dan kelaparan itu menjadi korban malaria (hal 94).
Sumber Inggris melaporkan seluruh korban yang tewas akibat pembangunan Jalan raya Pos sebanyak 12.000 orang. Itu yang tercatat, diyakini jumlah korban lebih dari itu. Tak pernah ada komisi resmi yang menyelidiki.
Selain mengungkap sisi-sisi kelam di balik pembangunan Jalan Raya Pos, Pram juga senantiasa menyelipkan penggalan kenangan-kenangan masa muda dirinya pada kota-kota di sepanjang Jalan Raya Pos yang pernah ia singgahi. Ada kenangan yang pahit, mengesankan, dan lucu yang pernah dialaminya di berbagai kota yang ditulisnya di buku ini. Sebut saja pengalaman lucu ketika Pram muda yang sedang bertugas sebagai tentara di daerah Cirebon. Dalam kegelapan malam secara tak disengaja ia pernah buang hajat di sebuah tungku dapur yang disangkanya kakus, padahal tungku itu masih berisi sisa singkong rebus untuk rangsum para laskar rakyat.(hal 79)
Buku ini diutup dengan bab "Dan Siapa Daendels" yang ditulis oleh Koesalah Soebagyo Toer. Dalam bab ini diuraikan biografi singkat Daendels. Selain itu bagian daftar pustaka yang menyajikan sumber-sumber pustaka yang digunakan Pram untuk menyusun buku ini mencakup buku-buku yang terbit pada pertengahan abad ke-19 hingga akhir abad ke-20. Tak heran jika membaca karya ini pembaca akan mendapatkan hal-hal yang detail mengenai sejarah kota yang dilalui oleh Jalan Raya Pos.
Sayang buku ini tidak memuat peta yang secara jelas menggambarkan rute-rute Jalan Raya Pos. Buku ini hanya menyajikan reproduksi dari peta kuno yang diambil dari Rijks Museum Amsterdam (hal 129). Peta yang tak menggambarkan Pulau Jawa secara utuh dan huruf yang tak terlihat pada peta tersebut tentu saja menyulitkan pembaca untuk memperoleh gambaran akan sebuah jalan yang dibuat Daendels sepanjang Anyer hingga Panarukan ini.
Jalan Raya Pos 1
Jalan Raya Pos 2
Jalan Raya Pos 3
Jalan Raya Pos 4
Jalan Raya Pos 5
Jalan Raya Pos 6
Jalan Raya Pos 7
Jalan Raya Pos 8
Jalan Raya Pos 9
Jalan Raya Pos 10
Jalan Raya Pos 1 1
Jalan Raya Pos 12
Jalan Raya Pos 1 3
Jalan Raya Pos 1 4
Jalan Raya Pos 1 5
Jalan Raya Pos 16
Jalan Raya Pos 17
Jalan Raya Pos 18
Jalan Raya Pos 19
Jalan Raya Pos 20
Jalan Raya Pos 21
Jalan Raya Pos 22
Jalan Raya Pos 23
Jalan Raya Pos 24
Jalan Raya Pos 25
Jalan Raya Pos 26
Jalan Raya Pos 27
Jalan Raya Pos 28
Jalan Raya Pos 29
Jalan Raya Pos 30
Jalan Raya Pos 31
Jalan Raya Pos 32
Jalan Raya Pos 33
Jalan Raya Pos 34
Jalan Raya Pos 35
Jalan Raya Pos 36
Jalan Raya Pos 37
Jalan Raya Pos 38
Jalan Raya Pos 39
Jalan Raya Pos 40
adalah jalan yang panjangnya kurang lebih 1000 km yang terbentang sepanjang utara Pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan. Dibangun pada masa pemerintahan Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels. Ketika baru saja menginjakkan kakinya di Pulau Jawa, Daendels berangan untuk membangun jalur transportasi sepanjang pulau Jawa guna mempertahankan Jawa dari serangan Britania. Angan-angan Daendels untuk membangun jalan yang membentang antara Pantai Anyer hingga Panarukan, direalisasikannya dengan mewajibkan setiap penguasa pribumi lokal untuk memobilisasi rakyat, dengan target pembuatan jalan sekian kilometer. Yang gagal, termasuk para pekerjanya, dibunuh. Kepala mereka digantung di pucuk-pucuk pepohonan di kiri-kanan ruas jalan. Gubernur Jenderal Daendels memang menakutkan. Ia kejam, tak kenal ampun. Dengan tangan besinya jalan itu diselesaikan hanya dalam waktu setahun saja (1808). Suatu prestasi yang luar biasa pada zamannya. Karena itulah nama Daendels dan Jalan Raya Pos dikenal dan mendunia hingga kini.
KOTA yang dilalui Jalan Raya POS • Anyer • Cilegon • Banten • Serang • Balaraja • Tangerang • Daan Mogot • Grogol • Sunda Kelapa / Batavia / Jakarta • Glodok • Mangga Dua • Ancol • Gunung Sahari • Kemayoran • Pasar Baru • Tanah Abang • Weltevreden / Monas / Gambir • Pasar Senen • Kramat • Salemba • Matraman • Manggarai • Meester Cornelis / Jatinegara • Tebet • Kramat Jati • Pancoran • Pasar Minggu • Kebayoran • Depok • Lebak Bulus • Ciputat • Cibubur • Parung • Cileungsi • Jonggol • Cibinong • Pakuan Pajajaran / Buitenzorg / Bogor • Batu Tulis • Ciawi • Cisarua • Mega Mendung • Puncak • Cipanas • Sukabumi • Cianjur • Padalarang • Cimahi • Parahyangan / Parijs van Djava / Bandung • Cileunyi • Sumedang • Kadipaten • Palimanan • Cirebon • Kanci • Losari • Pejagan • Brebes • Tegal • Pemalang • Comal • Pekalongan • Batang • Weleri • Kendal • Semarang • Demak • Kudus • Pati • Juwana • Rembang • Lasem • Tuban • Sidayu • Gresik • Surabaya • Wonokromo • Waru • Sidoarjo • Porong • Gempol • Bangil • Pasuruan • Probolinggo • Kraksaan • Paiton • Besuki • Pasir Putih • Panarukan • Situbondo
Pada 1996, Pieter van Huystee Film & TV Belanda memproduksi film De Groote Postweg (Jalan Raya Pos). Film ini diputar di beberapa gedung bioskop di Belanda, Italia dan Perancis. Pramoedya Ananta Toer mengisi narasi untuk film ini.
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels adalah buku karya Pramoedya Ananta Toer yang terbit pada Oktober 2005. Buku ini mengisi kekosongan literatur tentang Jalan Raya Pos dalam khazanah buku-buku berlatar belakang sejarah dewasa ini. Walau Jalan Raya Pos dikenal dan selalu diajarkan di bangku-bangku sekolah namun tak ada buku yang secara khusus mengungkap sejarah pembuatan dan sisi-sisi kelam di balik pembuatan Jalan Raya Pos. Walau bukan buku sejarah resmi, buku yang ditulis Pram di masa tuanya ini (1995) dapat dijadikan buku yang mengungkap dan memberi kesaksian tentang peristiwa kemanusiaan yang mengerikan di balik pembangunan Jalan Raya Pos. "Jalan Raya Pos, Jalan Daendels" diselesaikan oleh Pramoedya pada tahun 1995. Tak ada penjelasan dari penerbit Lentera Dipantara mengapa buku ini baru diterbitkan 10 tahun kemudian, padahal beberapa tahun setelah karya ini diselesaikan era reformasi memungkinkan diterbitkannya karya-karya Pram secara bebas. Betapapun juga, buku ini merupakan kesaksian tentang peristiwa genosida kemanusiaan mengerikan di balik pembangunan jalan sepanjang 1000 km yang dibangun dengan cucuran darah dan air mata manusia-manusia pribumi yang dipaksa untuk membangunnya.
Buku ini ditulis dengan mengalir, tanpa pembagian bab. Pada halaman-halaman awal Pram menguraikan awal ketertarikannya pada Jalan Raya Pos yang memakan banyak korban jiwa para pekerja paksa yang ia golongkan sebagai genosida. Ia juga menyinggung beberapa genosida yang awalnya dilakukan oleh Jan Pietersz Coen (1621) di Bandaneira, Daendels dengan Jalan Raya Posnya (1808), Cuulturstelsel alias tanam paksa, genosida pada zaman Jepang di Kalimantan, genosida oleh Westerling (1947) hingga genosida terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia di awal-awal pemerintahan Orde Baru.
Setelah mengurai sejarah tercetusnya ide pembuatan Jalan Raya Pos di benak Daendels, di halaman-halaman selanjutnya Pram membagi bukunya ini berdasarkan kota-kota yang dilewati dan berada di sepanjang Jalan Raya Pos. Pram mencatat dan mengurai 39 kota yang berada dalam jalur Jalan Raya Pos, baik kota-kota besar seperti Batavia, Bandung, Semarang, Surabaya, maupun kota-kota kecil yang namanya jarang terdengar oleh masyarakat umum seperti Juwana, Porong, Bangil dan lain-lain.
Secara rinci Pram mengungkap sejarah terbentuknya kota-kota tersebut, dampak sosial saat dibangunnya Jalan Raya Pos, hingga keadaan kota-kota tersebut pada masa kini. Masa-masa kelam ketika Jalan Raya Pos dikerjakan terungkap di buku ini.
Sampai di kota Sumedang pembangunan jalan harus melalui daerah yang sangat berat ditembus, di daerah Ciherang Sumedang, yang kini dikenal dengan nama Cadas Pangeran. Di sini para pekerja paksa harus memetak pegunungan dengan peralatan sederhana, seperti kampak, dan lain-lain. Dengan medan yang demikian beratnya untuk pertama kalinya ada angka jumlah korban yang jatuh mencapai 5000 orang.
Ketika pembangunan jalan sampai di daerah Semarang, Daendels mencoba menghubungkan Semarang dengan Demak. Kembali medan yang sulit menghadang. Bukan hanya karena tanahnya tertutup oleh rawa-rawa pantai, juga karena sebagian daripadanya adalah laut pedalaman atau teluk-teluk dangkal. Untuk itu kerja pengerukan rawa menjadi hal utama. Walau angka-angka korban di daerah ini tidak pernah dilaporkan, mudah diduga betapa banyak para pekerja paksa yang kelelahan dan kelaparan itu menjadi korban malaria (hal 94).
Sumber Inggris melaporkan seluruh korban yang tewas akibat pembangunan Jalan raya Pos sebanyak 12.000 orang. Itu yang tercatat, diyakini jumlah korban lebih dari itu. Tak pernah ada komisi resmi yang menyelidiki.
Selain mengungkap sisi-sisi kelam di balik pembangunan Jalan Raya Pos, Pram juga senantiasa menyelipkan penggalan kenangan-kenangan masa muda dirinya pada kota-kota di sepanjang Jalan Raya Pos yang pernah ia singgahi. Ada kenangan yang pahit, mengesankan, dan lucu yang pernah dialaminya di berbagai kota yang ditulisnya di buku ini. Sebut saja pengalaman lucu ketika Pram muda yang sedang bertugas sebagai tentara di daerah Cirebon. Dalam kegelapan malam secara tak disengaja ia pernah buang hajat di sebuah tungku dapur yang disangkanya kakus, padahal tungku itu masih berisi sisa singkong rebus untuk rangsum para laskar rakyat.(hal 79)
Buku ini diutup dengan bab "Dan Siapa Daendels" yang ditulis oleh Koesalah Soebagyo Toer. Dalam bab ini diuraikan biografi singkat Daendels. Selain itu bagian daftar pustaka yang menyajikan sumber-sumber pustaka yang digunakan Pram untuk menyusun buku ini mencakup buku-buku yang terbit pada pertengahan abad ke-19 hingga akhir abad ke-20. Tak heran jika membaca karya ini pembaca akan mendapatkan hal-hal yang detail mengenai sejarah kota yang dilalui oleh Jalan Raya Pos.
Sayang buku ini tidak memuat peta yang secara jelas menggambarkan rute-rute Jalan Raya Pos. Buku ini hanya menyajikan reproduksi dari peta kuno yang diambil dari Rijks Museum Amsterdam (hal 129). Peta yang tak menggambarkan Pulau Jawa secara utuh dan huruf yang tak terlihat pada peta tersebut tentu saja menyulitkan pembaca untuk memperoleh gambaran akan sebuah jalan yang dibuat Daendels sepanjang Anyer hingga Panarukan ini.
Jalan Raya Pos 1
Jalan Raya Pos 2
Jalan Raya Pos 3
Jalan Raya Pos 4
Jalan Raya Pos 5
Jalan Raya Pos 6
Jalan Raya Pos 7
Jalan Raya Pos 8
Jalan Raya Pos 9
Jalan Raya Pos 10
Jalan Raya Pos 1 1
Jalan Raya Pos 12
Jalan Raya Pos 1 3
Jalan Raya Pos 1 4
Jalan Raya Pos 1 5
Jalan Raya Pos 16
Jalan Raya Pos 17
Jalan Raya Pos 18
Jalan Raya Pos 19
Jalan Raya Pos 20
Jalan Raya Pos 21
Jalan Raya Pos 22
Jalan Raya Pos 23
Jalan Raya Pos 24
Jalan Raya Pos 25
Jalan Raya Pos 26
Jalan Raya Pos 27
Jalan Raya Pos 28
Jalan Raya Pos 29
Jalan Raya Pos 30
Jalan Raya Pos 31
Jalan Raya Pos 32
Jalan Raya Pos 33
Jalan Raya Pos 34
Jalan Raya Pos 35
Jalan Raya Pos 36
Jalan Raya Pos 37
Jalan Raya Pos 38
Jalan Raya Pos 39
Jalan Raya Pos 40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar