Film "sambungan" "Krisis" (1953) yang sukses secara komersil.
Film ini adalah Komedi. Husin bin Said (Udjang) tiba-tiba dapat ilham untuk jadi dukun. Dia pasang papan nama. Maka berduyun-duyun orang datang minta bantuan: orang yang berniat jadi atase kebudayaan, anggota parlemen, istri pembesar yang suaminya pacaran lagi, produser, calon bintang film dll. Entah kenapa, produser film Henry Bross (S. Bono) dan calon bintang film Mimi (Diana Subroto), berhasil membuat Husin berusaha keras membantu melaksanakan niat mereka. Kisah ini juga yang jadi tiang utama film, di samping merupakan kesempatan sutradara untuk mengejek dunia film. Apalagi kemudian datang kawan Husin, Pedro (Rd. Ismail), pemain sandiwara yang sudah tua dan tak terpakai, tapi masih berilusi tentang kejayaannya sebagai aktor. Rumah Husin ini bertetangga dengan keluarga Jaka Prawira-Mariam (R. Sukarno, Tina Melinda). Ke rumah ini datang mertua mereka, RA Berlian (Edifah Hanoem), ningrat yang suka mengatur. Untuk membantu kawannya tadi, Husin mengatur siasat agar Pedro menaklukkan Berlian. Siasat berhasil. Uang untuk membuat film keluar. Setengah jalan, produksi berhenti, karena rahasia persekongkolan terbongkar. Bahkan seluruh pasien Husin datang menuntut karena tak ada yang berhasil. Film ini sarat dengan sentilan terhadap keadaan sosial sezaman.
DariFilm ini Misbach diajak menjadi asisten sutradara, dan dia bercerita tentang film ini ceritanya bagus, tetapi pemain dan pemasaran film ini jelek. Film ini sebenarnya kririk dan jangkauannya jauh lebih luar dari pada film Krisis, dan sasaran kritiknya masih belum luas di masyarakat awam, hanya orang tertemntu yang paham, seperti orang yang pergi ke dukun itu dengan logat batak agar di doakan menjadi atase kebudayaan di Paris atau Di Wasinton DC, yang memerankanya Rosihan Anwar, dan hanya seniman yang paham maksud kritikan atau sindiran itu, Jadi film ini hanya mudah di rasakan oleh seniman dan orang film saja, tetapi masyarakat luas tidak.
Film ini adalah Komedi. Husin bin Said (Udjang) tiba-tiba dapat ilham untuk jadi dukun. Dia pasang papan nama. Maka berduyun-duyun orang datang minta bantuan: orang yang berniat jadi atase kebudayaan, anggota parlemen, istri pembesar yang suaminya pacaran lagi, produser, calon bintang film dll. Entah kenapa, produser film Henry Bross (S. Bono) dan calon bintang film Mimi (Diana Subroto), berhasil membuat Husin berusaha keras membantu melaksanakan niat mereka. Kisah ini juga yang jadi tiang utama film, di samping merupakan kesempatan sutradara untuk mengejek dunia film. Apalagi kemudian datang kawan Husin, Pedro (Rd. Ismail), pemain sandiwara yang sudah tua dan tak terpakai, tapi masih berilusi tentang kejayaannya sebagai aktor. Rumah Husin ini bertetangga dengan keluarga Jaka Prawira-Mariam (R. Sukarno, Tina Melinda). Ke rumah ini datang mertua mereka, RA Berlian (Edifah Hanoem), ningrat yang suka mengatur. Untuk membantu kawannya tadi, Husin mengatur siasat agar Pedro menaklukkan Berlian. Siasat berhasil. Uang untuk membuat film keluar. Setengah jalan, produksi berhenti, karena rahasia persekongkolan terbongkar. Bahkan seluruh pasien Husin datang menuntut karena tak ada yang berhasil. Film ini sarat dengan sentilan terhadap keadaan sosial sezaman.
DariFilm ini Misbach diajak menjadi asisten sutradara, dan dia bercerita tentang film ini ceritanya bagus, tetapi pemain dan pemasaran film ini jelek. Film ini sebenarnya kririk dan jangkauannya jauh lebih luar dari pada film Krisis, dan sasaran kritiknya masih belum luas di masyarakat awam, hanya orang tertemntu yang paham, seperti orang yang pergi ke dukun itu dengan logat batak agar di doakan menjadi atase kebudayaan di Paris atau Di Wasinton DC, yang memerankanya Rosihan Anwar, dan hanya seniman yang paham maksud kritikan atau sindiran itu, Jadi film ini hanya mudah di rasakan oleh seniman dan orang film saja, tetapi masyarakat luas tidak.
PERFINI |
RENDRA KARNO TINA MELINDA RD ISMAIL S. BONO UDJANG SULASTRI EDIFAH HANOEM DIANA SUBROTO ROSIHAN ANWAR MASITO SITORUS BASUKI DJAELANI JUNIAR |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar