Jumat, 04 Februari 2011

EULIS ATJIH / 1927


JAVA FILM CO.

ARSAD
SOEKRIA


Di Sutradari Oleh G.KRUGERRS bersama L.HEUVELDROP
Untuk menggarap film ini, harus menambah dana dari luar. Java Film Coy ini sudah habis-habisan dan pemasukan dari film Loetoeng Kasaroeng tidak memadai. Cerita ini adalah suatu drama rumah tangga modren, bukan lagi cerita dongeng kuno.
 
Film ini diputar di Bandung pada Agustus 1927. Film ini hampir sama dengan Loetoeng Kasaroeng. Penataannya masih kurang sempurna, meskipun tehniknya tidak kalah dengan film luar. Dan kita bisa melihat iklannya dari tanggal 8 sampai 12 September 1927.
 
Yang menarik adalah bahwa 1927 kata Indonesia sudah digunakan dalam kesempatan ini, dan kata Indonesia ini sudah dimasukan dalam film ini/posternya agar bisa menarik penonton sebanyak mungkin. Padahal Sumpah Pemuda akan dicanakan nama Indonesia setahun kemudian 28 Oktober 1928.

Pada malam sebelum pemutaran film ini dibioskop Oriental, film ini dipertunjukan dulu buat undangan. Koran Soeara Soerabaja memberika kesan bagus, iklan dimuat di halaman belakang. Pemain tokoh pria, wanita dan anak kecil mendapat pujian. Pemain yang bernama Arsad dianggap mampu menghidupkan perannya dengan baik. Pemeran Eulis Atjih terlihat cantik saat masih hidup senang dan air mukannya berubah seperti orang desa sesudah jatuh miskin.
 
Ceritanya sendiri mengandung pengetahuan bagi orang Barat dan neasihat bagi pribumi. Bila ada penonton yang boros seperti tokoh Arsjad, agar bisa berubah seperti yang dilakukan tokoh ini. Pada masa tua tokoh Arsjad berubah dan sadar akan kesalahannya ini. Dalam film ini juga disaksikan berbagai upacara adat pribumi. Seperti upacara kematian, perkawinan dan lainnya.
 
Seorang suami meninggalkan isteri dan anak untuk berfoya-foya. Si isteri, Eulis Atjih dan anaknya hidup melarat. Di kemudian hari ia tetap menerima kembalinya (bekas) suami yang telah jatuh miskin.

Tiga hari sebelum pertunjukan film ini berakhir, pewarta Soeara Soerabaja menyebutkan pertunjukan selalu di bajiri penonton. Yang menarik adalah musik pengiringnya bukan keroncong biasa, tetapi musik pimpinan Tuan Kayoon. Bahkan tanpa film pertunjukan musik ini sudah menarik, apalagi ditambah film yang dimainkan oleh orang bumi putra. Dan film ini banyak mendatangkan uang.

Pemutaran Loetong Kasaroeng dan Eulis Atjih ini mencukupi membayar bungga serta menembus pinjaman obligasi. Setelah itu Heuveldorp dan Krugers berpisah. Mereka jalan masing-masing.

Film bisu. Main di Orient Theater (Surabaya) dari 8 sampai 12 September 1927. Dalam pertunjukannya di seluruh Jawa diiringi pergelaran keroncong oleh grup kenamaan pimpinan Kayoon. Diekspor ke Singapura. Seperti produksi pertamanya, "Loetoeng Kasaroeng" (1926), "Eulis Atjih" (Poetri Jang Tjantik Manis dari Bandoeng) ini juga menghasilkan uang yang lumayan. Nama-nama pemain berdasarkan iklan di "Pewarta Soerabaia" (8/9, 1927). Lihat juga "Eulis Atjih" tahun 1954.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar