Pada penghujung 1939 The Teng Chun masih saja meraba-raba, nampaknya ia ingin menggabungkan kiat cerita dari Terang Boelan dan film-film Tan's. Sementara itu orientasinya adalah film-film aksi petualangan Amerika, maka muncul produksi JIF Alang-Alang yang disebut Jungle Film Pertama jang dibikin di Indonesia. Idenya muncul dengan tiba-tiba The Teng Chun ketika sedang mereka-reka cerita saat itu ada kabar sirkus Hong Kong akan main di Batavia. Ia langsung memanfaatkannya. Karena film Tarzan saat itu sedang populer dan digemari. Pad a saat film Alang-Alang diputar, bersamaan juga diputarnya film East of Borneo pada iklannya ditulis Lihat itu pergulatan hebat yang mengambil korban antara satu macan tutul yang buas kontra satu anak bumi yang justru gendeng...Ini ada salah satu moment yang paling menggembirakan dari gambar ini. Dan kebetulan pemilik sirkus Hong Kong ini setuju hewannya dikontrak untuk shooting, tapi hanya satu bulan saja, sehingga Chung harus shooting cepat.
Cerita ini separuh meniru Fatima, yakni komplotan bandit yang melarikan diri ke pulau Muntaro dan sebagian lain film Tarzan. Akan tetapi tokoh Suhiyat ketika berada di hutan mengenakan semacam celana pendek saja, bukan baju seperti Tarzan.
Teng Chun juga sudah mulai menyadari betapa pentingnya posisi pemain dalam sebuah film. Ia memerlukan pemain yang gesit seperti Tarzan dan ganteng seperti Rd Mochtar. Ia tidak mencari dari pemain populer di dunia pentas. Chun menemukannya di tukang cukur namanya Mohammad Mochtar, tubuhnya kecil tapi ganteng, gesit dan berani naik gajah. Pasangan Moh.Mochtar dan Hadidjah mulai menarik perhatian. Sesudah film ini beredar pada awal 1940, orang menjuluki Moh.Mochtar sebagai Tarzan Van Java. Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam film ini sudah mulai dikarang khusus oleh M.Sardi dan dimainkan oleh JIF Orchestra yang dipimpin Sardi. Penyanyi-penyanyi keroncong seperti Miss.Riboet dari Tegal dan Miss.Brintik mulai disertakan. Meskipun belum secemerlang Annie Landouw atau Luis Koch, tetapi mereka cukup terkenal. Penggarapan film Alang-Alang ini agak serabutan akibat harus mengejar waktu karena jarak kontrak binatang yang singkat itu. Ada juga gangguan lainnya yang membuat shooting tidak lancar, misalnya hujan. Ia mengebut sedapatnya saja, terutama memanfaatkan sebanyak mungkin hewan-hewan sirkus karena sewanya tinggi. Ternyata perhatian penonton pada film ini tidak mengecewakan. Sukses film ini membuka mata para pemilik modal mengenai kemungkinan (feasibility) usaha pembuatan film masa itu. Demikian dengan Terang Boelan yang disusul Fatima dan Alang-alang produksi film telah menemukan penontonnya. Masa percobaan telah berakhir, film Indonesia akan terus diproduksi, tetapi proses pendewasaan, dari sudut komersial, teknis dan estetik tetap merupakan masalah.
Alang-alang (M.Mochtar/hadijah & Gajah) M.Mochat, binatang action baru, lewat film ini dijuluki "Tarzan van Java" dan Hadijah sebagai "Jungle Women/queen"
Alang-alang
Ketika sedang memeriksa kebun kelapanya, Suhiyat (Moch. Mochtar), anak orang kaya yang hidupnya hanya berfoya-foya, melihat Surati (Hadidjah) digoda Rainan (Bissu). Ia membantu Surati. Pertolongan ini membuat janda Rasmina (Lena), yang diincar oleh Karta (Moesa), cemburu karena dia manaruh hati pada Suhiyat. Karena saki hati, lalu Rasmina memberi uang Rainan untuk melarikan Surati, yang memang dicintainya. Di tengah perjalanan, Rainan terpisah dari Surati, yang selanjutnya tinggal di rimba dan menjadi sahabat para binatang. Sahabat inilah yang menolong Suarti dari serangan anak buah Rainan yang penasaran. Sementara itu Suhiyat terus mencari Surati dan akhirnya berhasil mendapatkannya di hutan. Ia membebaskan Surati dari cengkeraman gerombolan Rainan. Rasmina menyesal, insyaf dan kembali kepada Karta, bekas suaminya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar