Roekihati (Roekiah) adalah seorang gadis desa yang diperistri oleh Mansur (Djoemala), walau ayah si lelaki tidak setuju. Atas bujukan teman-teman, Mansur tertarik pada gadis kota Aminah. Walau disia-siakan, Roekihati tetap setia pada suaminya. Kelemah-lembutan Roekihati akhirnya membuat Mansur sadar akan kekeliruannya.
Film ini tidak mencoba mencari hati penonton kelas atas, 1940. Tetapi film ini adalah anadalan Tan's film dengan lelucon Kartolo sang Suami. Mereka tidak melupakan resep TB (terang Boelan), seperti nyanyian, pemandangan, perkelahian dan sebagainya. Semua ini tidak diupakan agar terlihat lebih modren dari penyanyinya yang sudah-sudah. Pada film ini Tan's film berpihak kepada orang kampung dan mengkritik yang modren.
Roekiah anak Pak Poeki yang harus mencari kerja di kota karena ayahnya menghadapi kesulitan ekonomi dan ibunya sakit. Ia mendapat kerja di rumah orang kaya bernama Mahmud, tetapi mata keranjang dan istrinya pencemburu, hingga hari itu juga sudah timbul masalah. Roekiah harus angkat kaki dan diteman oleh Ancet (Kartolo), jongos di rumah Mahmud. Bancet kasihan padanya, kemudian Roekiah mendapat kerja sebagai penyanyi di restoran. kembali ia keluar kerja karena retoran juga sudah terjadi keributan.
Setelah terlunta-lunta penuh sengsara. diantar bancet yang baik dan lucu itu, akhirnya ia dicintai oleh Mansur (Djoemala) pemuda ganteng dan kaya. Dan menikahinya meski ayah Mansur melarangnya. Lalu rumah tangga mereka terganggu karena teman-teman Mansur mengucilkannya, karena ia mengawini gadis desa yang tidak terpelajar. Ia kemudian tergila-gila dengan Aminah, gadis modren dan menyia-nyiakan Roekih.Meski ia tahu kelakukan suaminya, tapi ia tetap setia. Kehalusan sikap dan budi Roekiah ini membuat mertuanya jadi sayang. Roekiah kembali mendapatkan kebahagiaannya, karena sang mertua menyadarkan putranya bahwa Roekiah ini adalah seorang istri yang semestinya mendapatkan penghargaan tinggi oleh suami yang ingin hidup beruntung.
Menurut film ini yang penting dari istri adalah kesetiaan, kecantikan dan budi luhur. Iklan film ini menekankan bahwa meski...Roekiah gadis desa yang tidak terpelajar, tapi ia punya budi pekerti yang halus dan kelakukan yang lemah lembut, disertakan hati nurani jujur mulia bisa menundukan hati mertua yang beradat keras dan bermula tidak mau mengakui ia sebagai mantunya -kalahkan juga daya upayanya satu gadis modren yang hendak rebut ia punya suami.
Film ini menojol dalam pemasarannya, Roekiah dengan segala keunggulannya sebagai wanita bawah, tetapi menjadi idola rakyat jelata dan tidak pernah diusahakan agar ia nampak sebagai orang Modren.
Film ini tidak mencoba mencari hati penonton kelas atas, 1940. Tetapi film ini adalah anadalan Tan's film dengan lelucon Kartolo sang Suami. Mereka tidak melupakan resep TB (terang Boelan), seperti nyanyian, pemandangan, perkelahian dan sebagainya. Semua ini tidak diupakan agar terlihat lebih modren dari penyanyinya yang sudah-sudah. Pada film ini Tan's film berpihak kepada orang kampung dan mengkritik yang modren.
Roekiah anak Pak Poeki yang harus mencari kerja di kota karena ayahnya menghadapi kesulitan ekonomi dan ibunya sakit. Ia mendapat kerja di rumah orang kaya bernama Mahmud, tetapi mata keranjang dan istrinya pencemburu, hingga hari itu juga sudah timbul masalah. Roekiah harus angkat kaki dan diteman oleh Ancet (Kartolo), jongos di rumah Mahmud. Bancet kasihan padanya, kemudian Roekiah mendapat kerja sebagai penyanyi di restoran. kembali ia keluar kerja karena retoran juga sudah terjadi keributan.
Setelah terlunta-lunta penuh sengsara. diantar bancet yang baik dan lucu itu, akhirnya ia dicintai oleh Mansur (Djoemala) pemuda ganteng dan kaya. Dan menikahinya meski ayah Mansur melarangnya. Lalu rumah tangga mereka terganggu karena teman-teman Mansur mengucilkannya, karena ia mengawini gadis desa yang tidak terpelajar. Ia kemudian tergila-gila dengan Aminah, gadis modren dan menyia-nyiakan Roekih.Meski ia tahu kelakukan suaminya, tapi ia tetap setia. Kehalusan sikap dan budi Roekiah ini membuat mertuanya jadi sayang. Roekiah kembali mendapatkan kebahagiaannya, karena sang mertua menyadarkan putranya bahwa Roekiah ini adalah seorang istri yang semestinya mendapatkan penghargaan tinggi oleh suami yang ingin hidup beruntung.
Menurut film ini yang penting dari istri adalah kesetiaan, kecantikan dan budi luhur. Iklan film ini menekankan bahwa meski...Roekiah gadis desa yang tidak terpelajar, tapi ia punya budi pekerti yang halus dan kelakukan yang lemah lembut, disertakan hati nurani jujur mulia bisa menundukan hati mertua yang beradat keras dan bermula tidak mau mengakui ia sebagai mantunya -kalahkan juga daya upayanya satu gadis modren yang hendak rebut ia punya suami.
Film ini menojol dalam pemasarannya, Roekiah dengan segala keunggulannya sebagai wanita bawah, tetapi menjadi idola rakyat jelata dan tidak pernah diusahakan agar ia nampak sebagai orang Modren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar