Rabu, 26 Januari 2011

PERKAWINAN DALAM SEMUSIM / 1976

PERKAWINAN DALAM SEMUSIM


Yang menarik dari film ini adalah ceritanya, meninggalkan cerita plot tunggal pada film sebelumnya, dalam film ini menapilkan plot majemuk.

Disini ada cerita mengenai Kooswara (Slamet Raharjo) yang ditinggal mati oleh istrinya setelah diperkosa oleh Kardiman (Rachmat Hidayat). Kardiman sendiri punya cerita sendiri yang dipenuhi dengan kebuasan seks. Agus (Hermana Masduki) putra tunggal Kardiman, selain mengikuti jejak seks ayahnya ia sekaligus menjadi pemeras sang Ayah. Lain pula cerita Ipik (El Manik) yang mengkaryakan adik perempuannya dengan harapan bisa mendapatkan kedudukan dan tentu saja uang. Nyonya Kardiman (Tuty Indra Malaon) juga bukan tanpa kisah agak cukup rumit.

Tokoh-tokoh dalam film ini ibarat beraneka ragam bunga yang hinggap di tangan Penata Kembang Teguh Karya. Sebagai penulis cerita dan skenario, Teguh tampaknya terlalu sadar akan keterbatasannya sebagai sutradara dalam mencobakan tangannya terhadap film dengan plot majemuk. Karena itulah maka tokoh-tokoh itu dilokalisasikan saja di seputar Kardiman. Keadaan ini menimbulkan kesan penyutradaraan. Cukup mengganggu.

Cerita ini berbeda dengan kebiasaan Teguh, cara cerita kronologis ditinggalkan sama sekali. Kejadian masa lalu dicampur baurkan dengan masa sekarang. Film-film modern memang terbiasa dengan cara ini. Disini penonton diberi kesempatan berperan aktif dalam mengikuti cerita.

Dalam film ini, pemain harus menggunakan otaknya, nampaknya ini disebabkan oleh terlalu panjangnya persiapan ke arah pengungkapan puncak konflik. Disamping itu penataan cerita terasa dikerjakan tidak begitu rapi. Tanpak tidak semua adegan merupakan kesatuan yang utuh yang mendukung cerita. Seringkali dalam adegan-adegan itu muncul hal-hal yang kemudian ditinggalkan begitu saja oleh Teguh. Ini tentu saja menimbulkan pertanyaan di kepala penonton. Tokoh Uci dan tokoh yang dimainkan oleh Sari Narulita mempunyai potensi yang mengasyikan, tetapi mereka ditinggalkan begitu saja.

Selain editing film ini memabng kurang apik -sehingga etrasa cerita tidak berjalan lancar, juga terasa adanya kekurangan shot dalam film kelebihan adegan ini. Efek dramatis penguburan istri Kooswara barangkali akan terasa seandainya shot pada adegan itu diperbanyak dan editor bisa bekerja lebih dinamis.

Film kali ini lebih merangsang dari film sebelumnya. Seperti Wim yang sudah tidak mau dengan cerita konvesional, Teguh juga melakukan haln yang sama. Modal terpenting untuk film jenis ini skenario harus rapi, agar adanya teka-teki itu bisa baik.

Inilah film Teguh yang memeras pikiran bagi penontonnya. Dengan cerita yang masih seputar perkawinan, bagi sutradara yang terus membujang ini, perkawinan adalah sumber malapetaka. Tokoh dalam film-film Teguh semua menderita lantaran perkawinan. Bahkan pertemuan antara Kooswara dan Nana (Anissa Sitawati) di akhir cerita, oleh Teguh cukup dianggap ilusi belaka. Akan hal adegan yang terakhir ini penonton memang terpaksa bingung, sebab usaha Teguh membuat ilusi ternyata tiba dilayar sebagai kejadian yang sebenarnya. Karena demikian merentetlah sejumlah pertanyaan lagi, begitu mudah Nana meninggalkan pacarnya, begitu mudah ibunya menyuruh ia menyusul Kooswara dan sebagainya.

Pertanyaan yang kelihatannya banyak juga dari penonton tentu saja tidak harus membuat Teguh kecil hati. Sutradara didikan ATNI (akademi Teater Nasional) ini baru saja memasuki suatu cara baru dalam kebaharuannya, Teguh toh sempat menampilkan Rahmat Hidayat secara amat meyakinkan. Slamet Rahardjo seperti biasanya selalu bermain baik. Tuty Indra Malaon pada film ini memperlihatkan kebolehannya scara amat meyakinkan.

NOTE: Sebagai pribadi seorang seniman memiliki kejenuhan dalam rutinitas produksi. Semua keputusan diambil secara gamang. Perkawinan Dalam Semusim mengalami berkali-kali perubahan judul. Pada awalnya berjudul Serigala-Serigala. Kemudian diganti menjadi Manusia Serigala. Pada akhirnya film ini berjudul Perkawinan Dalam Semusim. Film ini menampilkan adegan-adegan yang berakhir fatal dan sia-sia, sebagai puncak dari kesalah-pahaman.
 P.T. SUPTAN FILM

TUTI INDRA MALAON
ANISSA DIAH SITAWATI
SLAMET RAHARDJO
HERMAN MASDUKI
MIEKE WIJAYA
RACHMAT HIDAYAT
SUTOPO HS
SERI NARULITA
ALAM SURAWIDJAJA
ROLDIAH
BRAM MD







Tidak ada komentar:

Posting Komentar