INDONESIA MALAISE
1931 produksi pertama wong dalam film bicara. Ini adalah drama percintaan Indonesia Malaise. Dalam pembuatan film ini ada campur tangan M.H.Schilling secara aktif, ia memang seorang pelawak radio yang lucu dan terkenal. Pendekatan dalam film ini adalah panggung Tonnel Melayu tentu seni yang sudah dikenal oleh seniman Indo seperti Tjok nama samaran M.H.Schilling.
Ceritanya melodrama yang dudukung oleh lawak dan musik khas Toneel yang masih berbau opera bangsawan.
Ceritanya mengenai seorang gadis yang sudah punya kekasih, tetapi dipaksa kawin dengan pria lain. Sang suami kemudian menyeleweng, sedangkan bayinya mati. Dan sang kekasih masuk penjara. Wanita itu jatuh sakit karena penderitaan dan rasa rindu pada kekasih. Pada saat yang amat gawat, ketika ia hampir mati, kekasih yang dirindukan muncul. Pertemuan yang mengharukan ini diselingi lawakan Oemar. Penyakit perempuan itu sembuh setelah mendengar nyanyian keroncong dari Ferry (kekasihnya itu). Cerita berakhir dengan adegan percintaan Oemar dengan Babu diatas pohon karet. Adegan ini mendapat tepuk tangan dan siulan penonton. Adegan ini sudah merupakan paket terkenal dalam semua pertunjukan opera bangsawan.
Film bicara pertama yang dibuat oleh Halimoen Film. Pendekatan film ini adalah "tooneel Melajoe" yang dikenal baik oleh Wong maupun M.H. Schilling, rekan kerjasamanya. Schilling sendiri membuat film pendek "Sinjo Tjo Main di Film" yang diputar sebagai film pembuka. Dibuat dengan kamera yang paling mahal di Eropa. Menurut Joshua Wong, film ini dibuat dengan kamera yang dijadikan "single system camera" garapan orang Bandung, maksudnya kamera yang bisa merekam sekaligus gambar dan suara. Biar selebaran propagandanya menyebutkan "Tjeritanja menarik hati dan penoeh dengan keloecoean. Penonton tentoe misti ketawa terpingkel-pingkel dari permoela sampe pengabisan", ternyata film ini tidak laku. Penonton tampaknya tak suka melihat kenyataan pahit (kemelaratannya) sendiri di layar putih.
M.S. FERRY
OEMAR
Ceritanya melodrama yang dudukung oleh lawak dan musik khas Toneel yang masih berbau opera bangsawan.
Ceritanya mengenai seorang gadis yang sudah punya kekasih, tetapi dipaksa kawin dengan pria lain. Sang suami kemudian menyeleweng, sedangkan bayinya mati. Dan sang kekasih masuk penjara. Wanita itu jatuh sakit karena penderitaan dan rasa rindu pada kekasih. Pada saat yang amat gawat, ketika ia hampir mati, kekasih yang dirindukan muncul. Pertemuan yang mengharukan ini diselingi lawakan Oemar. Penyakit perempuan itu sembuh setelah mendengar nyanyian keroncong dari Ferry (kekasihnya itu). Cerita berakhir dengan adegan percintaan Oemar dengan Babu diatas pohon karet. Adegan ini mendapat tepuk tangan dan siulan penonton. Adegan ini sudah merupakan paket terkenal dalam semua pertunjukan opera bangsawan.
Film bicara pertama yang dibuat oleh Halimoen Film. Pendekatan film ini adalah "tooneel Melajoe" yang dikenal baik oleh Wong maupun M.H. Schilling, rekan kerjasamanya. Schilling sendiri membuat film pendek "Sinjo Tjo Main di Film" yang diputar sebagai film pembuka. Dibuat dengan kamera yang paling mahal di Eropa. Menurut Joshua Wong, film ini dibuat dengan kamera yang dijadikan "single system camera" garapan orang Bandung, maksudnya kamera yang bisa merekam sekaligus gambar dan suara. Biar selebaran propagandanya menyebutkan "Tjeritanja menarik hati dan penoeh dengan keloecoean. Penonton tentoe misti ketawa terpingkel-pingkel dari permoela sampe pengabisan", ternyata film ini tidak laku. Penonton tampaknya tak suka melihat kenyataan pahit (kemelaratannya) sendiri di layar putih.
HALIMOEN FILM |
OEMAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar