Minggu, 06 Februari 2011

KOBOI SUTRA UNGU / 1981

 

Film ini tidak sebaik Bing Slamet koboi Cengeng. Olan Delong (James Lapian) adalah koboi tokoh dengan syal warna ungu. Umumnya untuk masyarakat Indonesia, ungu adalah warna Janda.  Ia berpacaran dengan Denok (Meriem Bellina), putri seorang pemilik peternakan. Padahal Denok sebenarnya sudah punya pacar lain. Masalahnya adalah, disamping bagaimana Olan Delong harus mempertahankan Denok, juga harus menghadapi kerusuhan di sebuah kota oleh kawanan penjahat Al Jiung (Monos). Petualangan Olan Delong juga dihadapkan pada munculnya Al Jiung palsu yang muncul di kota itu. Walaupun akhirnya Olang Delong benar-benar harus berduel maut dengan Al Jiung asli, yang disewa oleh ayah pemuda patah hati. Sepanjang film sutradara menitipkan banyak kritikan dan ejekan. Misalnya soal hemat energi, komisi dan sebagainya.
 P.T. PARKIT FILM

JAMES LUPIAN
MERIAM BELLINA
MONOS
BENNY SUPRIADI
DIDIN
JACK JOHN
OMEN
ANDRA
US US
RIZALI INDRAKUSUMA
TITIEK PUSPA
JOHNY MATAKENA

Ini salah satu Film Parodi yang dimainkan oleh OM PSP di awal tahun 80an. Thema yang diangkat diilhami oleh film laris Kabut Sutra Ungu dibintangi oleh Jenny Rachman. Koboi Sutra Ungu, biar dikata merupakan parody dari Kabut Sutra Ungu tapi jalan ceritanya sangat jauh dari kisah aslinya.

Jujur saja, geli juga rasanya waktu pertama kali denger judul film ini. Kesan pertama begitu menggelitik, yaaahhh dengan kata laen, jelas banget film ini adalah film komedia layar lebar yang diputar di tengah masa transisi film Indonesia.
 
Ini tentang kepala bandit koboi bernama Al-Jiun (Monos PSP), koboi elite bernama Omar Sharif (Ade PSP) dan Sherif (Rojali). Katanya, film komedi-parodi ini berhasil mengobati kesuraman tema film nasional kala itu yang cenderung verbal (bahkan vulgar).
  
Film ini disutradai oleh Nyak Abbas Acup, seorang sutradara yang sudah tidak asing lagi bagi dunia perfilman komedi di Indonesia. Dari tangannya lahir beberapa film (yang menurut para kritisi) cukup padat berbobot, ditinjau dari fungsi media film sebagai media pendidikan dan hiburan. Film ini dinilai berhasil memenuhi tuntutan cultural-edukatif.

Para pemeran yang memeriahkan Koboi Sutra Ungu menampilkan berbagai watak manusia kita / Indonesia – meskipun dengan pengambilan latar belakang kehidupan Amerika dahulu sebelum menjadi Amerika Serikat.

Singkatnya, ceritanya diawali dengan adanya seorang Koboi kampung yang mengadu nasib di kota. Di kota,ia jatuh cinta pada seorang gadis kaya raya, putri penguasa setempat.

Si gadis yang juga diincar oleh Omar Sharif –seseorang yang cukup berpengaruh di kota, juga ternyata jatuh hati pada koboi kampung itu. Hanya saja, seperti biasa, orangtua sang gadis menentang abis hubungan mereka dan mereka sepakat untuk mejadikan Omar Sharif sebagai menantu mereka.

Orangtua sang gadis mendukunkan anaknya supaya betah diem di rumah, meskipun salah sasaran, karena yang betah tinggal di rumah mereka malah koboi kampong itu. Si gadis, malah minggat dari rumah.


Petualangan terjadi saat sang gadis melakukan aksi ‘minggat’ itu, tentu saja dengan unsur

komedi yang kental sekali. Penonton akan tergelak-gelak menyaksikan adegan-adegan konyol dan kocak mereka.

Dalam pelariannya, Gadis bertemu dengan kepala suku Indian bernama Jack Jones, Charles Brondong dan seorang Kepala Bandit bernama Al-Jiun. Diteruskan kemudian adanya adegan duel antara Al-Jiun dan Omar Sharif, belum lagi Sheriff yang “Cerdas” dan “Jago” Luar biasa, serta adegan-adegan lainnya.

Abbas, sang sutradara, terkenal sangat mahir menyuguhkan pertunjukkan yang segar dan padat. Sebagai seorang pakar film-film parody, Abbas berhasil mengetengahkan sebuah film

kocak, segar dan konyol namun sarat akan pesan moral yang patut direnungkan. Dan sebagaimana pengakuannya, dalam Majalah Gadis kala itu, Abbas bebas berkreasi dengan mencuplik “unreal life”, salah satu kehidupan koboi, yang well… pada dasarnya kehidupan koboi seperti ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita sejak dulu hingga sekarang. Bahkan dengan segala bentuk informasi yang diterima oleh kita, Kehidupan Koboi di “Amrik Sana” termasuk hal yang digemari oleh banyak kalangan di Indonesia.

Cuman, coba deh bayangin .. kalo koboi yang kita imajinasikan di Amrik Sana, kenal Rupiah, makan cendol, ngomel2 pake basa Betawi, dsb seperti yang kita tau juga di beberapa film Indonesia lainnya di masa itu. Tapi, seperti yang diberitakan banyak orang, Koboi Sutra Ungu, meskipun tidak menjadi Box Office saat itu, tapi merupakan film yang cukup sukses dan mengusung pesan kehidupan bagi penontonnya.

Buat anda-anda yang pernah liat, mungkin bisa membayangkan dan tertawa geli sendiri. Buat yang belum liat … bisa Tanya deh sama blio-blio para PSP-ers, mungkin terutama Kang Ade yang katanya rajin mendokumentasikan segala hal yang berbau PSP di masa-masa jayanya hingga kini.

Katanya, syutingnya di Cibinong. Setting lokasi diusahakan menggambarkan kota koboi dengan bangunan2 kayu dan teras yang lebih tinggi dari tanah, dengan kayu penambat kuda, dengan koral kapurnya, dengan kotoran kuda juga yang baunya Masya Alloh. Para bintang film ini juga dikondisikan untuk berperan sebagai masyarakat koboi (tentu saja…) lengkap dengan pakaiannya, yang notabene, beberapa maksa juga sih … teuteup aja betawinya keliatan…… pake pistol di kanan kirinya, dan wanita2 ber-gaun klasik panjang dan lebar, dengan profil wajah yang … heheheehhe .. jauh dari bule, Indian, dll …. Which are, mereka pada betawian, idung jauh dari mancung …kulit sawo matang. Maksa dan konyol.

Kota itu seperti juga kota simpang, ada sign kayu bertuliskan : Sao Balapan (???) dan arah panah, ElNambo 175 km, Los Parantos 100 km atao Manatahan (plesetan dr Mahattan kale ya? ) 27 km

 Di sisi kiri, ada Pos & Telegraf, Rumah Gadai, Bank Pasar, Puskesmas (Puskesmas getooo looohhh) lengkap dengan embel-embel menerima donor alat2 vital (halllaaaaahhhhh …) seperti mata, jantung, dll =)). Trus ada saloon juga lengkap dengan bar-nya yang di sisi kanannya berdiri kantor Dukun Haus, sedang di kanan kantor dukun, Notaris Sjumandjojo (jual beli tanah) juga membuka usaha.


Ada Hotel juga ceritanya. Namanya Hotel Simpang (keknya sponsornya deh), trus ada jasa usaha Foto kopi Xerox (halllaaaahhhh … gak banget ya?), bias satu halaman Koran bolak

balik Rp 50,-. Trus, Pokrol Bambu (apaan seh?), urusan local & internasional, dan last but not least ada Jual Beli Senjata (ex Nato, ex Warsawa), rudal (???) US$ 20 dll.

Yang terpanjang adalah bagian depan dari rumah-rumah, sedang bagian belakang rumah dibuat tanah berkapur. Hampir semua dinding rumah didramatisir dalam suasana koboi yang keras, seureum dan berdebu. Ciri2 khasnya kan ditempelkannya poster-poster seperti : Wanted Al-Jiun yang diperankan Monos PSP yang kumisnya tebel tapi digambar itu lage nyengir (Gak Bangeettthhh).

Pendukung lainnya selain para PSP-ers, juga Titik Puspa dan Meriam Bellina yang dulu masih sebagai pendatang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar