Sabtu, 05 Februari 2011

SI RANO / 1973



Rano terpisah dan kehilangan ayahnya di stasiun Jatinegara sewaktu turun dari kereta. Beruntung ia jumpa dengan seorang tukang ubi goreng yang baik hati, Amin (Benyamin S), yang lalu membawanya pulang. Rano dimasukkan sekolah dan ternyata jadi murid terpandai, meski sering nakal dan dihukum guru. Kenakalan ini ditebus dengan inisiatifnya merayakan ulang tahun gurunya yang akan pensiun. Kisah ratapan yang sedang jadi trend ini, tampaknya dipadu dengan banyolan. Dewi (Nanien Sudiar), teman sekelas, mengundang Rano ke rumah. Ibu Dewi menghina Rano, hingga Amin naik pitam dan membelikan baju baru yang mahal dan mengantar Rano dengan motor. Maka Rano diundang lagi bersama ayah-ibunya. Kali ini Ratmi (Ratmi B-29), disangka pembantu yang mau melamar. Amin yang tak berani masuk, melihat pengemis dipukuli. Ternyata pengemis itu adalah ayah Rano yang terpisah, dan karena luka yang dialaminya, tak lama kemudian meninggal.
P.T. MAHKOTA METROPOLITAN FILM

RANO KARNO
BENYAMIN S
NANIEN SUDIAR
FAROUK AFERO
RATMI B-29
TAN TJENG BOK
NETTY HERAWATI
ALAM SURAWIDJAJA


29 Juni 1974
"papi, itu habis ngapain?"

BINTANG cilik bukan sekedar untuk memenuhi selera publik, sebagaimana orang-orang film suka menyisipkan seks atau kejahatan. Dia lebih banyak memenuhi kebutuhan satu golongan umur. Para bocah. "Anak-anak dalam tiap generasi mengharapkan adanya hero. Adanya pujaan. Munculnya Rano dan Faradilla telah lama mereka tunggu. Sama seperti kaum remaja menunggu pahlawan mereka pada diri Romi dan Juli dalam film Pengantin Kemaja. Mereka tidak sampai kecewa sekalipun mereka ketahui kemudian bahwa Sophaan dan Widya sudah kawin", ulas sutradara muda, Motinggo Boesje. Ada perbedaan yang agak mendasar antara film dulu dan sekarang.

Film kanak-kanak dulu masih patuh untuk tetap bermain dalam lapangan permainan dan lingkungan hidup kanak-kanak sewajarnya. Tapi kini bocah cilik dengan satu latar belakang, sudah dimasukkan lebih dalam ke persoalan rumahtangga yang mungkin masih tabu buat mereka. Ambillah Timang-timang anakku sayang. Di situ ada adegan laki dan perempuan turun tergesa-gesa dari ranjang. "Saya jadi bingung ketika anak saya menanyakan 'Papi itu habis ngapain, koq pakaiannya nggak karu-karuan?", cerita Motinggo. Tak sempat dia menceritakan apa yang dijawabkan untuk puteranya tersebut. Dia hanya menggeleng-gelengkan mengapa sensor melepaskannya. Momok Apabila demikian juga pengalaman kaum ayah yang lain, mungkin sensor yang suka jadi momok bagi produser tersebut perlu berfikir lebih panjang. Belum lagi kalau dihitung bahwa film di mana si bintang cilik sering muncul dalam cerita-cerita yang pesimistis. Lagi pula, menurut Boesje, dari segi ilmu pendidikpun thema-thema macam itu kurang afdol. Memang, untuk menggolongkan film ratap-tangis yang diperankan bintang-bintang cilik sekarang ke dalam jenis film anak-anak, bisa menimbulkan keberatan tertentu sebagaimana sudah disinggung Boesje.

Penonton masih harus menunggu munculnya film kanak-kanak untuk para bocah. Sebagaimana kata penulis skenario Haji Misbach Yusa Biran, "film anak-anak tidak selamanya harus dimainkan anak-anak. Binatang juga bisa. Cerita tentang kuda misalnya". Tapi yang jelas pertimbangan para orang tua dengan para produser memang jauh panggang dari api. Yang satu untuk menjaga anaknya, sementara yang lain untuk untungnya". "Seperti Aku" Perkara kebolehan berperan si cilik sekarang memang memuaskan hati. Gambaran seperti datang dari Motinggo Boesje yang menyu-tradarai Rano Karno untuk satu film yang judulnya diambil dari nama anak Soekarno M Noor itu, Si Rano. Bertolak belakang dengan film sebelumnya dalam film ini Rano harus memainkan gelagat sebagai seorang anak yang nakal memancing ketawa. "Sekalipun untuk pertama kali dia main humoristis, toh dia tetap dalam kemampuannya yang luar biasa. Bakatnya sebagai seorang aktor besar sekali", komentar si sutradara. Titik optimal dari kemampuan anak ini belum bisa ditentukan sebelum munculnya skenario film yang bagus. "Anda tahulah penulis skenario sekarang kan pesanan. Sama seperti aku", lanjutnya. Kesadaran aktornya juga boleh satu saat dia lupa mengenakan arloji tangan. Dengan menangis dia minta maaf kepada sutradara dan minta supayaadegan tadi diulangi saja. Dalam shooting, bergaul dengan orang dewasa dia tampaknya tak canggung. Untuk satu adegan Motinggo memberikan contoh akting yang harus dimainkan Rano.

Kebetulan adegan itu untuk membangkitkan suasana lucu. Si Rano tenang-tenang memperhatikan. Lantas enak saja dia nyeletuk: "Oom bisa juga main lucu-lucuan, Oom saja yang main". Betapa besarpun bakat Rano anak Soekarno M Noor ini, haruslah ada yang menuntunnya. Banyak orang beranggapan permainannya dalam Tabah Sampai Akhir dan Yatim mengecewakan. "Mudah-mudahan hal itu tidak merupakan satu kesengajaan untuk menjatuhkan Rano. Khusus mengenai Yatim baik ibunya maupun saya sendiri, sudah menolak untuk menerima main di situ. Tapi apa boleh buat Rano sendiri jauh-jauh hari sudah pasang janji dengan Teguh anak Tuty S yang membikin itu film". Keterangan ini datang dari ayah si aktor kecil. Tapi Soekarno M. Noor tidak berhenti dalam kalimat itu. "Orang boleh menilai Rano bermain jelek dalam film tadi, tapi nyatanya film tersebut laris bukan main."

2 komentar: