Kamis, 03 Februari 2011

SERIAL SANDIWARA RADIO SAUR SEPUH

Saur Sepuh 1,2,3,4.

Fenomena larisnya sandiwara radio, merabah ke layar lebarnya.



Kaset serial drama radionya
Fenomena sukses sandiwara ini diikuti juga oleh sandiwara lainnya Tutur Tinular dan Misteri Gunung merapi, dan juga filmnya yang berseri-seri.

Saur sepuh sebuah sandiwara radio dengan latar belakang Majapahit dan Kerajaan Madangkara dengan Rajanya Brama Kumbara. Serial ini mampu menghipnotis jutaan pendengarnya di seluruh pelosok nusantara. Hampir di tiap-tiap jam tertentu masyarakat dengan seksama mendengarkan serial ini. Maklum waktu itu radio adalah satu-satunya media hiburan rakyat yang masih langka. Sehingga untuk mendengarkannyapun bisa secara beramai-ramai kerumah tetangga yang memiliki radio.

Sandiwara Radio Saur Sepuh adalah buah karya Niki Kosasih. Sandiwara ini disutradarai oleh Hendra Mahendra, sedangkan pengisi suara antara lain Ferry Fadli, Ellie Ermawati, Ivone Rose, Maria Oentoe dari Sanggar Prativie dan termasuk Novia Kolopaking yang waktu itu belum menjadi artis. PT. Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan durasi 30 menit dipotong iklan obat-obatan serial ini mampu menghipnotis para pendengarnya untuk sekedar berhenti beraktivitas. sekedar pengingat tokoh sentral Saur sepuh antara lain :

    •    Ferry Fadli sebagai Brahma Kumbara (Raja Madangkara) : Pewaris kerajaan Madangkara, seorang kesatria dalam arti sebenarnya Satria Madangkara. Jujur, welas Asih, tampan, Karismatik, gagah dan berani dengan tunggangannya seekor burung Rajawali. Brahma juga memiliki kesaktian yang luar biasa di antara ke sekian ilmunya yang paling terkenal adalah Ilmu Ajian Serat Jiwa dengan sub bagian jurus ampuh lainnya yaitu ajian Tapak sakti, Ajian Gelang-gelang dan Ajian Bayu Bajra.
    •    Ade Yulia sebagai Dewi Harnum (Isteri Dari Brahma Kumbara) : Adalah seorang yang telah memikat hati Brahma Kumbara tipekal wanita lincah, centil dan supel tetapi ia mencintai suaminya. Dia juga selalu menjadi pendamping dalam setiap perjalanan Brahma. Dia pulalah yanag menjadi saksi pertarungan maha dasyat antara Brahma dan musuh bebuyutannya Gandika dengan Ajian Serat Jiwa Tingkat 10.
    •    Maria Untu sebagai Pramita : Seorang janda beranak dua yaitu Raden Bentar dan Garnis. Sosok Wanita yang ke Ibuan ia menaruh hati kepada Brahma Kumbara. Paramita juga berteman baik dengan Harnum, yang atas kondisi Pramita yang Janda maka ia meminta Pramita juga di jadikan istri Brahma ketika Brahma meminang dirinya sebagai syarat.
    •    Petrus sebagai Bentar : Putra Bungsu dari Pramita, pewaris semua sifat luhur ayah tirinya Brahma kumbara. Seorang pembasmi kejahatan dengan menegakkan keadilan dan seorang yang berjiwa petualangan. Bahkan ia telah mengembara ke Tibet untuk mencari Bikshu Kempala.
    •    Anna Sambayon sebagai Garnis : Putri Sulung Pramita seorang gadis cantik serta jujur adanya persis separti ibunya.
    •    Elly Ermawatie sebagai Mantili (Adik Tiri Brahma satu Ibu, lain Bapak) : Bersifat agak urakan dan sangat keras kepala, namun ia wanita yang periang, welas asih, suka petualangan juga memiliki ilmu kanuragan yang cukup tinggi dengan senjata ampuhnya pedang perak dan pedang setan. Karena sifatnya yang keras ia berpisah karena sering bertengkar dengan cinta sejatinya Raden Samba, akhirnya Mantili menikah dengan Patih Gotawa. Pernah Nyaris tewas di Tangan Lasmini, maka untuk membalasnya Brahma mengajarkan Ajian Srigunting
    •    Kakek Agastina : Kakek sekaligus Maha Guru dari Brahma Kumbara, pemilik kitab asli ajian Serat Jiwa
    •    Bikhsu Kempala : Seorang Bikshu yang berasal dari Tibet merupakan Guru dari Bentar. Ia pernah bertarung melawan Brahma. Pernah ia mengarungi lautan hanya untuk dapat menjajal ke saktian Brahma, namun pertarungan akhir mereka menjadi sebuah awal persahabatan.
    •    Ivone Rose sebagai Lasmini : Sosok Antagonis sahabat baik dari kemurkaan. Ia berasal dari Padepokan Gunung Lawu. Berambisi untuk meluluh-lantakkan Madangkara termasuk Brahma Kumbara walaupun diam-diam ia mencintai Brahma namun bertepuk sebelah tangan. Lasmini sering di kalahkan oleh Mandili, akan tetapi pada Mantili pernah nyaris tewas di tangan Lasmini dengan bantuan dari CiptaDewa sebagai tandingannya maka Brahma mengajarkan Mantili Ajian Srigunting kepada Mantili.
    •    Harry Aqhik sebagai Aki Kolot : Mengangkat Lasmini sebagai muridnya setelah Lasmini kalah bertarung melawan Mantili.
    •    Edi Dhosa sebagai Samba : Mantan Tunangan dari Mantili, hubungan cinta antara mereka tidak berhasil karena sifat keras dari keduanya. Samba menikah dengan wanita lain namun tidak harmonis yang di kemudian hari putranya mencari Mantili ke Madangkara untuk menuntut balas, karena Mantili di anggap sebagai penyebab ketidak harmonisan itu.
    •    Lukman sebagai Gotawa : Pria berwawasan luas dan wakil dari Brahma dalam pemerintahan Madangkara sekaligus suami dari Mantili, seorang kesartia Madangkara.
    •    Bahar Mario sebagai Bongkeng : Abdi dari Mantili yang selalu membantunya saat kesulitan, sebelumnya Bongkeng adalah seorang perampok yang di kalahkan oleh Mantili, atas belas kasihan Mantili akhirnya ia menjadi Abdi yang baik bagi Mantili.
    •    Bambang Jeger sebagai Paksi Jaladara : Putra “semata wayang” dari pasangan Gotawa-Mantili. Mewarisi sifat jagoan Ibunya.
    •    Idris Apandi sebagai Kijara : Pendekar yang gigih memerangi Madangkara, tapi seteleh di kalahkan oleh Brahma mereka bersahabat. Tapi melalui “provokator” dari Lasmini tekadnya sering kambuh untuk menghancurkan Madangkara.
    •    Iwan sebagai Lugina : Adik seperguruan dari Kijara, ke-duanya bahu-membahu melawan Brahma. Ke-duanya pula tewas di tangan Bikshu Kempala yang pada waktu itu menyebrangi lautan untuk menjajal kesaktian dari Brahma. Pada waktu itu pula Kakak-beradik ini telah bersahabat dengan Brahma bertemu dengan Bikshu kempala yang nota bene ingin menjajal Brahma, karena mereka membela Brahma yang telah menaklukkan mereka ber-dua Bikshu Kempala melawannya dan akhirnya mereka tewas.
    •    Pasopati : Seorang pertapa Guru dari Kijara dan Lugina yang mengajarka ilmu ajian Waingin Sungsang. Ilmu ini pernah mengalahkan Brahma sebelum ia membalasnya dengan ajian Serat Jiwa. Pasopati juga di khianati oleh ke-dua bersaudara ini setelah ia menurunkan ajian Waingin Sungsang.
    •    Novia Kolopaking sebagai Anjani : Putri tunggal dari Lasmini, tokoh ini sendiri sebenarnya tidak begitu jahat namun sifat kebencian dan angkara murka dari ibunya selalu di tanamkan di gadis ini. Keadanan yang membingungkan sebenarnya dalam diri Anjani di satu sisi ia menaruh simpati kepada Bentar tapi di sisi yang lain pengaruh ibunya amat besar kepada Anjani.
Pada jamannya serial sandiwara radio ini sangat dikenal. Siapa sih yang tidak kenal Brama Kumbara, Mantili ato juga lasmini. Kehadiran sandiwara radio yang hanya bisa didengarkan tanpa dilihat menyebabkan daya khayal yang luar biasa bagi para pendengarnya. Brama kumbara menurut penilaian penulis sendiri terbayang sebagai sosok yang arif bijaksana, tinggi besar dengan kumis yang tipis namun berotot, mempunyai jiwa penolong. Kemudian Mantili, wanita tangguh yang tegas dan membela kebenaran. Sementara Lasmini sosok perempuan perayu yang mempunyai bibir seksi, tubuh montok dan berisi dengan dada yang menonjol.

Daya khayal yang tinggi dengan meniru suara-suara atau gerakan yang mungkin dianggap pas pada masa itu adalah hal yang biasa.

Suara “ciaaaaaaaaaaat,….atau juga suara “hya……hya….. hya” (sambil lari memperagakan naik kuda…. Atau juga dengan pedang-pedangan memperagakan mantili berperang dengan lasmini…. Ada juga “terimalah….. ajian serat jiwa” ……

Peragaan kata-kata seperti ini sudah biasa dilakukan oleh anak-anak seusia SD….ya memang ini hiburan yang sangat murah bagi masyarakat.

Saur sepuh bisa dibilang sebagai serial sandiwara tersukses setelah munculnya serial-serial lain seperti Tutur Tinular, Misteri Gunung Merapi, Api Dibukit Menoreh, Badai Laut Selatan, Putri Cadar Biru.. dan masih banyak lagi.

Era kejayaan Sandiwara radio mampu melambungkan para bintang-bintang dari Sanggar Prativi seperti Ferry Fadli pemeran Brama Kumbara, yang setelah liat aslinya sangat jauh dari bayangan kalau itu adalah Brama kumbara yang kekar. Sempet kecewa sih karena tokoh yang dikhayalkan tidak sesuai dengan apa yang ada.

Saur Sepuh ke Layar Lebar

Sukses di radio, Saur Sepuh merambah ke Layar Lebar. Bekerjasama dengan PT. Kanta Indah Film dengan bangga PT. Kalbe Farma mempersembahkan Film Saur Sepuh. Film Saur Sepuh dibuat dalam 5 Film.

News
Kalbe Farma mendanai Drama Radio Ini
02 Januari 1988
Lebih dari 1 milyar untuk petuah...

BODONG sehari-hari mencari nafkah sebagai sopir truk. Awal Desember lalu ia mendadak kejang-kejang. Penduduk Imogiri~ Yogya, ini lantas (benar) meninggal dunia. Ia s~ock mendengar Dewi Roro Amiyati, Dewi Anjani, d~an Garnis akan diperkosa ka~wanan perampok. Aneh, memang. Sebab, yang ia cemaskan itu adalah tokoh-tokoh khayal dalam serial Saur Sepuh yang sangat beken. Dan Bodong rupanya salah seorang di antara penggemar drama radio itu. Cerita silat pribumi karya Nicky Kosasih yang dimainkan "Sanggar Cerita" itu mengambil setting zaman Kerajaan Pajajaran.

Direkam Haravana Record untuk mempromosikan produk PT Kalbe Farma, sejak pertengahan 1985 hingga 1987, sudah 16 kisah seri itu diudarakan lewat 43 radio amatir di seluruh Indonesia. Menurut Darwin A. Gozali, manajer produksi perusahaan obat-obatan itu, penggarapannya menghabiskan Rp 4 milyar. Setiap episode berisi 60 seri -- masing-masing dengan masa putar 30 menit. Dan Bodong meninggal selagi seri ke-16 berjudul Titisan Darah Biru belum . selesai masa putarnya. Alkisah, ada seorang raja agung binatara yang juga sekaligus pendekar digdaya tanpa tanding dari Kerajaan Madangkara -- sahabat Kerajaan Pajajaran. Ia dikenal dengan nama Brama Kumbara. Bersama adiknya Dewi Mantili, ia malang-melintang di rimba persilatan, membasmi angkara murka. Di awal pengembaraan, mereka terlibat Perang Paregreg di Majapahit. Brama Kumbara -- yang diperankan Ferry Fadli -- berhasil menyelamatkan takhta Ratu Suhita, yang diguncang pemberontak Menak Jingga alias Bhre Wirabhumi, Bupati Blambangan. Dan ia memperoleh julukan Satria Madangkara, sebutan yang jadi judul episode pertama Saur Sepuh. Jago bilangan dari Parahyangan itu memang sakti luar biasa.

Selain terampil dalam kanuragan (bela diri) ia juga unggul dalam ilmu kadigdayan yang mengandalkan kekuatan batin. Ajian Sera~ Jiw~a dan Lampah-Lumpuh, misalnya, merupakan dua kadigdayan yang tak ada duanya di kolong jagat ini. Dan barang siapa terkena, niscaya ia rebah tak berdaya. Bahkan jika ajian itu dilontarkan, alam sekeliling pun guncang, pohon-pohon berderak bagai disapu prahara. Brama, pendekar berbudi pekerti luhur itu, welas asih, santun, tampan, berwibawa, bijaksana, penuh pengertian. Pokoknya, serba lengkap. Sebagai raja ia sangat adil. Sementara itu, Dewi Mantili, yang diperankan Elly Ermawati, si pendekar wanita nan molek. Tubuhnya kecil dan kepalan tangannya mungil, tetapi kesaktiannya hiiyaaat senyali "golongan hitam". Pantaslah ia disebut Pedang Setan -- yang juga nama di antara pusakanya: Pedang Setan, sejolinya Pedan~ Perak. Walau ia tak memiliki ajian, gerakan silatnya yang lincah, trengginas -- sekaligus ganas membuat musuhnya kalang-kabut. Dan sekali waktu ia berhadapan dengan Lasmini, pendekar wanita Gunung Lawu dalam episode Mutiara dari T~mur, yang kesaktiannya hampir setara dengan Brama. Wanita ini memiliki tiga ajian sekaligus - Serat Jiwa, Waringin Sungsang, dan Lampah-Lumpuh. Ia bahkan mampu menggabung ketiganya menjadi ajian Cipta De~wa. Mantili mula-mula tumbang, hingga menderita luka dalam. Itulah episode yang paling menegangkan.

Seminggu ia sakit. Untunglah, Brama, kakaknya, berhasil mengobati dan mengajarkan anti-cipta Dew~a, jurus dahsyat yang disebut Jurus Srigunting 1. Tak disangka, tak dinyana, cerita yang semula diniatkan sebagai alat promosi dagang itu kini justru jadi masyhur. Semula, sasaran Kalbe Farma hanya Jawa Barat. Sebuah tim dibentuk untuk membuat acara yang menarik guna mendukung promosi obat flu Procold. Mengingat masyarakat Jawa Barat menggemari dongeng -- terutama yang berkaitan dengan Kerajaan Pajajaran -- diputuskanlah menggarap Saur Sepuh. Dalam bahasa Sunda, saur berarti "petuah" dan sepuh itu "orang tua". Ketika seri pertama diudarakan, alhamdulillah, segera mendapat sambutan luar biasa. Karena itulah Kalbe Farma dan Haravana Record memutuskan menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Dan sukses. Anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, selalu setia mengikuti perjalanan Brama Kumbara dan Dewi Mantili. Demam Saur Sepuh berjangkit hampir di semua daerah. Terbukti dengan membanjirnya surat-surat simpati ke radio-radio swasta niaga yang mengudarakan "Petuah Orang Tua" itu. Radio Retjo Buntung, Yogyakarta, misalnya, kedatangan 25.000 surat setiap tahun. Dalam acara jumpa artis Saur Sepuh yang hadir bahkan puluhan ribu.

Di Banyumas, September 1987 lalu, 60.000 massa menyambut kedatangan Brama Kumbara dan Mantili. "Lebih dari 30 kota di seluruh Indonesia mengundang dan telah kami datangi. Dan menurut panitia penyelenggaranya di hampir setiap daerah, belum pernah ada artis yang disambut demikian meriah," kata Elly pada TEMPO. Pekan lalu, Radio Retjo Buntung mengundang Elly. Jalan Jagalan, Yogyakarta, sepanjang 500 meter di depan studio radio itu dijejali kurang lebih 5.000 fans. Pengunjung berteriak-teriak mengelu-elukan kedatangan Elly Ermawati yang sedikit terlambat. Sedianya ia harus tiba pukul 09:00 di panggung seluas 3 x 4 meter yang didirikan di depan studio itu. Tapi berhubung jalan macet, Mantili baru tiba satu jam kemudian. Dan kisah tragis meninggalnya Bodong, sopir truk yang tadi itu, agaknya bisa dijadikan gambaran nyata betapa besar kecintaan masyarakat pada tokoh-tokoh serial Saur Sepuh.

Di lain pihak, sukses sandiwara radio ini rupanya menggoda para produsen obat lain untuk menggarap cerita-cerita sejarah berbau silat sebagai alat promosi. Di awal 1987, misalnya, muncul Bende Mataram, Selasih, dan baru-baru ini Api di Bukit Menoreh. Dan sukses itu pula yang menggelitik Kalbe Farma dan Haravana Record tak hentihentinya menyajikan Saur Sepuh. Tapi dalam episode lanjutan, Titisan Darah Biru, Brama tak bermain lagi. Diceritakan ia sudah meninggal lantaran sudah gaek. Brengng, tamat. Sementara itu, Ferry Fadli, pemerannya, mengakhiri hubungan dengan Kalbe Farma. Tak begitu jelas sebabnya. Si Mantili? Dikisahkan mengundurkan diri dari rimba persilatan, hidup sebagai pertapa di sebuah gunung. Ia kadang-kadang saja muncul. Ke mana Elly Ermawati? Ia sibuk dengan Mantili Bernyanyi, judul kaset lagu-lagu pop yang mendompleng ketenaran Saur Sepuh. Kini yang jadi jagoan adalah Raden Bentar, putra Brama yang mewarisi watak ayahnya. Ada pula Paksi Jaladara, putra Mantili, Dewi Anjani, dan Garnis. Meski tanpa Brama dan Mantili -- diduga karena tak ada persesuaian paham dengan sang produsen Saur Sepuh tetap digemari. Lantaran minat orang sudah menggebu, bisa diduga jika ada produsen film yang mau menangguk kesempatan cari untung. Beberapa produsen film dari Semarang, Surabaya, dan Jakarta kini mengincar Saur.

"Sudah 11 produsen yang minta," ujar Darwin. Tapi pilihan Kalbe Farma dan Haravana Record jatuh pada Kanta Film, Jakarta, yang katanya berpengalaman menggarap cerita-cerita silat seperti Malaikat Bayangan, Siluman Sungai Ular, dan Kelabang Seribu. Skenario dan penyutradaraan digarap oleh Imam Tantowi -- yang pernah melayarputihkan novel Ronggeng dari Desa Paruk karya Ahmad Tohari. Adegan dalam ruangan akan berlangsung di bilangan Kalideres dan Cengkareng. Sedang adegan luar, seperti perang, direncanakan di Pulau Sumba. Cerita yang berjudul Satria Madangkara ini akan disajikan kolosal, mengikutsertakan 100 pemeran dan sekitar 2.000 figuran termasuk para penunggang kuda dari Sumba. Film ini, menurut pihak produsennya, juga diperkuat oleh optical effect, suatu teknik menciptakan kilat buatan, dan front projection -- teknik untuk memperbesar obyek. Biayanya juga meriah. Menurut perkalian Darwin A. Gozali, lebih dari Rp 1 milyar.

Dan itu ditanggung oleh Kalbe Farma dan Haravana Record. Kendati rencana memfilmkan sandiwara kegemaran rakyat banyak ini, dalam beberapa seri, sudah disusun rapi, persiapan ke lapangan rupanya belum sepenuhnya tuntas. Sejumlah pemeran utamanya masih diburu-buru, dan belum ketemu semuanya. Semula, Imam Tantowi mencalonkan Barry Prima dan Advent Bangun, tetapi berubah lagi. "Saya akan mencari pemain-pemain baru yang lebih sesuai dengan sosok orang Sunda," katanya. Adakah propaganda obat-obatan juga bakal muncul di film? Entahlah. Yang jelas, Imam Tantowi akan menggarapnya sedemikian rupa, hingga film itu benar-benar khas dan berwatak Sunda. Barry Prima memang berparas indo. Dan Advent Bangun barangkali mendekati Batak. Namun, Imam Tantowi kini lagi tengok sana-sini, mencari pemeran utama yang berprofil Sunda. Barangkali Andalah seorang di antaranya? Priyono B. Sumbogo, Tri B. Soekarno, Rustam F. Mandayun


Drama Radio Yang SEmpat di Protes MUI
14 Juni 1986
Desah mesra, desah lembut, desah ...

MAJELIS Ulama (MUI) Purworejo berang. Pasalnya: banyak anak-anak yang terlambat, atau malah tidak ikut pengajian, gara-gara mendengarkan siaran serial drama radio "Saur Sepuh". Maka, protes pun dilayangkan pada pimpinan radio Amatron, radio swasta niaga terbesar di Purworejo, Jawa Tengah, yang menyiarkan acara tersebut. Mereka meminta agar jam siaran drama tersebut, pukul 18.30-19.00 tiap hari, diubah "karena bisa mengganggu berlangsungnya pengajian anak-anak". MUI juga meminta pimpinan Amatron supaya melakukan sensor ketat terhadap naskah serial drama itu, "karena banyak adegan seks yang ditonjolkan secara terang-terangan, dengan penggambaran napas yang terengah-engah dan dialog jorok". Protes juga muncul dari Karang Taruna Purworejo dan pengurus pesantren Mrican, Purworejo. Alasan pihak pesantren, "Banyak santri yang mengikuti serial itu menunda jam mengajinya, menunggu usainya siaran drama itu." Mereka juga meminta agar adegan ranjang disensor.

Pihak Amatron tampaknya menerima keberatan mereka. "Prinsipnya, kami tidak ingin mengecewakan pendengar, tapi kalau beberapa lembaga informal sudah turun tangan, apa boleh buat, kami ikut menyesuaikan," ujar Agha Kamsori, Kepala Bagian Siaran Radio Amatron. Pihaknya sudah menghubungi pihak sponsor, PT Kalbe Farma, yang ikut menentukan jam siaran, dan mengusulkan untuk mengubah jam siaran menjadi mulai pukul 21.30. "Tapi hingga saat ini belum ada kepastian," katanya pekan lalu. Kini, untuk sementara, setiap kali ada adegan percintaan dalam drama tersebut, pihaknya menutupnya dengan suara musik. Untuk memotong atau menghapus, mereka tidak berani, "karena menyalahi kontrak" dengan sponsor. Drama radio "Saur Sepuh" memang sangat populer. Beberapa sumber mengatakan, popularitas "Saur Sepuh" melebihi serial "Butir-Butir Pasir di Laut" yang disiarkan RRI Jakarta. Seorang pengurus PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) Jawa Tengah, mengatakan, dari sekitar 68 radio swasta di Ja-Teng dan Yogyakarta, ada 31 yang menyiarkan serial ini pada jam yang berbeda. Penggemar drama ini dari anak-anak sampai orang tua. Menurut Sri Hidayati, seorang pelajar SMA I Yogyakarta, drama ini bagus, mirip cerita silat tulisan Kho Ping Ho". Ia menganggap cerita ini tidak porno.

Seorang tukang batu, Djasiman, 34, tiap hari membawa radio ke tempat kerjanya. "Saya sekarang lebih menyukai serial ini daripada siaran ketoprak," ujar lulusan STN yang tinggal di Minomartani, Sleman, Yogyakarta, ini. Ia menyukai adegan percintaan dalam cerita itu. "Kalau tidak ada adegan itu, malah kurang sip. Lain dengan adegan percintaan diketoprak yang isinya tembang saja. Kalau dalam serial ini 'kan mengikuti zaman". Di Jawa Barat dan Jawa Timur, drama ini juga meledak. Di Jakarta, tercatat 10 radio swasta yang menyiarkan "Saur Sepuh". Menurut sutradara serial drama ini, Indra Mahendra, 27, di seluruh Indonesia ada 240 radio swasta yang membeli hak siaran drama ini. Tuduhan porno itu dibantah Niki Kosasih, 40, penulis cerita serial drama ini. "Isi cerita saya tidak ada yang porno," katanya. Menurut dia, yang diprotes adalah adegan dalam episode "Banjir Darah Bubat", tatkala Dewi Widati dan Raden Samba - dua tokoh dalam serial "Saur Sepuh" itu - sedang berteduh dalam gua. "Keduanya sedang dilanda cinta. Dan di luar hujan gerimis.

Dan dua sejoli itu menyatakan perasaannya," kata Niki. Suasana sepasang kekasih yang sedang memadu janji, katanya, sulit diungkapkan dalam sandiwara radio. "Ini didengar, tidak dilihat. Apa bedanya desah mesra, desah lembut, desah nafsu .... Ini tergantung keahlian pengisi suara," katanya. Ia menduga desahan Samba telah menimbulkan imajinasi yang kurang baik, meski segera di-cut dan ditimpa suara musik. Ia sudah menerima ribuan surat dari penggemar serial ini. "Tapi yang berisi protes seperti dari MUI Purworejo tidak ada." Niki mulai menulis serial "Saur Sepuh" (dari bahasa Sunda, artinya "kata orang tua") sejak dua tahun lampau. Serial ini terdiri dari beberapa episode, satu episode sekitar 60 cerita. Ia sudah menulis sekitar 540 cerita. Dalam satu hari ia bisa menyelesaikan tiga cerita, masing-masing sekitar sepuluh halaman. Jebolan Fakultas Hukum UGM ini mengaku dibayar Rp 25 ribu per satu cerita. Tokoh utama cerita, yang berlatar belakang sejarah, adalah Brama, manusia super, sakti, tampan, alim, dan tak pernah omong jorok .... "Ini cerita fiktif, kepahlawanan semacam Rambo, tapi silat," ujar Harry, salah seorang "pemain" dalam drama ini.

"Cerita ini tidak porno," kata Maria Oentu Tinengon, yang memegang peran sebagai Pramita, istri kedua Brama. Populernya "Saur Sepuh", menurut Adam Hanifah, pimpinan PT Haravana Madya Bhakti, yang memproduksi serial ini, menunjukkan sandiwara radio masih tetap disenangi. "Dan masyarakat kita ternyata masih senang mendengarkan cerita kepahlawanan, bukan percintaan," katanya. Studio yang dipimpinnya pernah menangani beberapa serial dari beberapa sponsor, antara lain Unilever, Ciba, dan yang paling meledak dengan Kalbe Farma ini. Tampaknya, protes yang muncul terhadap drama ini terutama karena jam siarannya, karena ternyata hanya di Purworejo protes terjadi. Masalah ini agaknya sudah dibereskan. Menurut Gunadi Susanto, Manajer Produksi PT Kalbe Farma, ia sudah menginstruksikan agar di Purworejo siaran serial ini dimulai pukul 21.30. Ia berpendapat, kalau disiarkan di daerah, semestinya adegan yang dianggap porno itu dipotong saja. Susanto Pudjomartono Laporan Biro-Biro

Pandangan Dari Pak Imam
Prestasi membanggakan adalah ketika Imam membuat film Saur Sepuh, Saur Sepuh 2, Saur Sepuh 3, dan Saur Sepuh 4. Film Saur Sepuh yang berbiaya Rp 1, 2 milyar -waktu itu budget film biasa maksimal 250 juta- sangat fenomenal dan menjadi film terlaris dengan penjualan tiket full. Sebenarnya Imam sempat meminta agar Saur Sepuh cukup sampai Saur Sepuh 3, menghindari kejenuhan film. Tapi yang ke 4 adalah terakhirnya setelah ada firasat tersebut. Sampai akhirnya ia keluar dan membuat film perang kembali Soerabaia 45, yang menjadi piala pertamanya sebagai sutradra terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 1991.

1 komentar: