Rabu, 09 Februari 2011

PERNIKAHAN BERDARAH / ACCURSED MARRIAGE / 1987


Murni (Raja Emma), yatim piatu yang dibesarkan oleh mbok Mirah (Dhalia). Badrowi (Yoseph Hungan) pemuda desa, mengganggu istri orang yang di cintainya, pada malam pengantinnya, dan membunuh suaminya. Ia lalu di keroyok penduduk desa dan dilempar ke jurang. Di sini ia mendapat kesaktian dari laba-laba dan jadi pengganggu desa. Tiga orang meninggal dengan ulahnya dengan ciri yang sama: luka dilehernya, sama seperti luka yang diserita ayah Murni. Yang dituduh pelaku pembuinuhan, Rachman (Willy Dozan), santri muda. Untung gurunya berhasil melerai

Rachman saling cinta dengan Murni, yang baru datang ke desa itu. Murni selalu di ganggu bayangan Badrowi. Seorang pemuda yang berusaha memperkosanya, meninggal dengan luka yang sama. Karena itu, di ragiu-ragu nikah dengan Rachman yang mencintainya. Atas desakan pengasuh dan saudara-saudara, Nurni nikah juga. Malam pernikahan mereka di ganggu lagi. Maka Rachman tampil berduel sengit dengan Badrowi sampai yang terakhir ini kalau terbakar api lampu minyak yang terguling dan membakar rumah Rachman dan Murni.


12November 1988
Mau adegan buka-bukaan

KAMPANYE film Nasional, yang berakhir pekan lalu di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, tak berarti hanya untuk bintang Indonesia. Artis Malaysia, Raja Ema, 20 tahun, pun memanfaatkan panggung kampanye ini untuk cuap-cuap. Dengan lidah Melayunya, Ema menyapa hadirin, "Halo, teman-teman semua, apa kabar?" Hadirin, yang kebanyakan anak-anak kampung, menjawab serentak, "Baaiiiikkkk." Ema, mewakili artis film Pernikahan Berdarah. Torro Margens, yang menyutradarai film itu, mencari gadis Jawa yang mirip Jenny Rachman. Perburuannya sampai ke Malaysia, dan ketemulah dia dengan Raja Ema, artis terbaik Malaysia tahun 1987. Ada pertanyaan untuk Ema. "Di Malaysia agama Islam begitu kuat. Tapi mengapa pada film Pernikahan Berdarah Anda tidak salat dan mau adegan buka-bukaan?" Ema tersenyum sebentar, lalu menjawab, "Yah, kerana dalam film itu saye memerankan orang Indonesie yang agamanye kurang." Film yang bertema mistik horor ini memang akhirnya diekspor ke Malaysia dan sempat bertahan empat malam di bulan Puasa. Maklumlah, di semenanjung ini pada bulan Puasa hanya diputar film-film Barat, bukan film nasionalnya. Film Indonesia digolongkan Barat di sana, menurut Ema.

Dia juga seorang penyanyi di Malaysia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar