Selasa, 01 Februari 2011

MATAHARI-MATAHARI / 1985

MATAHARI-MATAHARI


Tergoda oleh kehadiran Kokom (Rima Melati) penyanyi dangdut dari desanya yang sukses di Jakarta, bujukan pamannya Sarkim (W.D Mochtar) dan kemiskinan yang menyebabkan tiga anaknya meninggal, Warga (Wawan Wanisar) memutuskan untuk pindah ke kota bersama anak dan istrinya yang bisu, Iyom (Marisa Haque). Di Jakarta mereka di bawah pengaruh Sarkim yang jadi raja pengemis.

Kehidupan rumah tangganya terancam. Iyom dituduh main gila dengan lelaki lain, Warga marah dan meninggalkan anak istrinya. Seperginya Warga, pondokan Iyom terbakar. Maka keluarga itu tercerai berai. Sarkim menjerumuskan Warga jadi pembunuh bayaran, hidup mewah dan tinggal bersama impiannya, Kokom. Ketika sadar bahwa semua ini ulah Sarkim, Warga membunuh Sarkim dan masuk penjara. Di pintu penjara ia bertemu dengan Iyom dan anaknya. Ia minta ampun.
 P.T. GRAMEDIA FILM

MARISSA HAQUE
WAWAN WANISAR
RIMA MELATI
JAJANG C. NOER
W.D. MOCHTAR
CHARLIE SAHETAPY
SUPARMI
SYAMSURI KAEMPUAN
FERRY ISKANDAR
WAHYU SIHOMBING
FADLY
TURINO DJUNAIDY

HAMPIR tujuh bulan Matahari tersimpan di Badan Sensor Film. Ketika itu, bahkan Menteri P & K Fuad Hassan menyempatkan melihat film yang dianggap "mempertajam perbedaan sosial" ini. Dan Fuad tak memberikan komentar tegas.  

Dengan Arifin C. Noer sehubungan dengan lolosnya Matahari dengan sejumlah pemotongan. Menurut Arifin, dialog yang dipotong sensor, antara lain, dialog Nancy, novelis kurang waras, yang mengkritik orang yang duduk dalam Mercy. Gambar yang hilang, umpamanya, ketika Iyom makan sekerat roti dekat bak sampah dengan latar belakang perumahan mewah. "Sebenarnya perumahan itu kabur karena diambil dengan single lens," katanya. "Jadi, bila dianggap mempertentangkan perbedaan sosial, kurang tepat." Lepas dari itu semua, Arifin cukup puas karena film ini masih bisa dinikmati ceritanya. "Saya bersikap realistis saja, karena BSF 'kan cermin masyarakat," kata Arifin pula. Ia menolak dianggap membuat film yang menyuguhkan pertentangan sosial. "Film saya ini anti urbanisasi, dan memihak desa," katanya. "Saya ingin berbicara mengenai manusia Indonesia. Manusia desa macam Warga dan Iyom, juga Kokom, manusia intelektual macam Nancy." Itu sebabnya cerita ini tak cuma memfokuskan pada Warga dan Iyom, tapi perlu juga menyinggung agak banyak tentang Kokom, Nancy, dan pengusaha koran bekas. "Tak mungkin saya menceritakan cerita Warga, tanpa menyinggung Kokom, Nancy," kata Arifin pula. Sutradara yang telah membuat Pengkhianatan G-30-S/PKI dan Serangan Fajar, antara lain, ini menolak bila adegan pengadilan Iyom dianggap kurang jelas. Tampilnya Sarkim di pengadilan, yang memberi isyarat dengan jempol terjungkir, cukup jelas buat Arifin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar