Senin, 31 Januari 2011

KARTINAH / 1940

KARTINAH


Film ini awalnya berjudul Kartini, tetapi dirubah menjadi Kartinah karena mendapat tentangan dari kaum wanita. Pembuatan film ini banyak menarik perhatian Januari/Febuari 1941. Pada pembuatannya banyak tamu yang berkunjung, walaupun kaum terpelajar yang sempat berkunjung ke lokasi shoting, ketika melihat hasilnya cuma bilang ini masterpeace Andjar dalam hal hiburan. Menurut Armijn Pane, film ini tidak mengutamakan fungsi film sebagai alat pendidikan dan penerangan, melainkan lebih dibawa memenuhi selera penonton saat itu, seperti menampilkan penerbangan yang hanya merupakan efek aksi dan keanehan belaka.

Istrinya main dalam film ini dengan bayaran f1000 sebagai peran utama. Andjar sendiri selain menjadi sutradara ia juga sibuk mengurus segala sesuatu dengan pihak Departement Dalam Negeri (RPD), Dinas Pencegahan Bahaya Udara, pembesar negeri dan Pubilisiti. Disamping itu Andjar mendapat royalti 5% dari pendapatan kotor bagian/Share produser atau 10% dari keuntungan bersih produser setelah modal kembali. Gaji peran utama ini lebih besar 2x dari Tan's membayar Artis terkenalnya.

Kartinah adalah kisah cinta yang berlangsung dalam lingkungan LBD (Dinas Pencegah Bahaya Udara), dinas ini didirikan Belanda saat situasi sedang mengancam. Lembaga ini juga tidak disukai pihak pribumi karena tidak ada yang bekerja di sana. Mungkin karena tidak ada simpatik pihak Belanda terhadap usul-usul kaum pergerakan saat itu. Oleh karena itu film Kartinah ini disebut film mempropagandakan lembaga LBD ini. Mendapat bantuan menyenangkan dari RPD (Departement dalam Negeri), Inspeksi pusat LBD, dari para dokter, polisi, pejabat kotapraja Batavia dan dari dinas kebakaran. Maka film ini bisa tampil sebagai film kolosal yang menyuguhkan adegan kebakaran besar dan melibatkan banyak pemain. Selain itu reklame film ini mendapat izin dipasang di tempat-tempat yang sebetulnya terlarang.

Gara-gara anak yang amat dicintainya meninggal dunia, Titi menderita penyakit kurang ingatan. Suaminya, Suria (Astaman) mencintai perawat Kartinah (Ratna Asmara), namun tidak ingin beristri dua. Mengetahui Suria masih beristri, Kartinah menjauh. Mereka bertemu kembali ketika terjadi serangan udara. Dalam peristiwa itu, Titi kecelakaan dan meninggal dunia. Tak ada lagi penghalang bagi Suria dan Kartinah untuk membangun rumah tangga.

Keuntungan lainnya adalah pemasukan dari pihak sponsor, Andjar menyeludupkan iklan kedalam filmnya, 2 majalah dan satu merk mesin jahit Singer, ia pun mendapatkan persentase dari pemasukan iklan itu. Ia memboyong mantan dan pemain Dardanella kawakan,, Inoe Perbatasari selain menjadi Asisten sutradara juga ikut main, sehingga Andjar Asmara pemimpin yang disegani dan nasehatnya siikuti.

Seperti kita tahu film ini propaganda mengenai tugas palang merah pada masa perang dan petugas penjaga keamanan bahaya udara, seperti kita tahu, Jepang saat itu 1941 sudah semakin dekat memasuki kawasan Hindia Belanda. JAdi film propaganda Andjar ini dimaksudkannya untuk memperkuat pertahanan pihak Belanda di Indonesia terhadap Jepang.




Anjar Asmara (tengah), sedang mengarahkan pemain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar